Harga emas menanti sinyal The Fed

JAKARTA. Beberapa hari terakhir emas berkilau, setelah spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed tahun ini memudar. Namun, harga emas berbalik arah pasca berakhirnya libur panjang sepekan di China. Perlambatan ekonomi Negeri Panda turut menjegal laju emas.

Mengutip Bloomberg, Kamis (8/10) pukul 17.42 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa Commodity Exchange turun 0,3% dibandingkan sehari sebelumnya menjadi US$ 1.144,5 per ons troi. Selama sepekan terakhir, harga emas naik 2,7%.

Research and Analyst Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, harga emas menguat sejak awal pekan ini hingga ke US$ 1.148,7 per ons troi pada Rabu (7/10). Kenaikan harga didukung data penyerapan tenaga kerja AS yang jauh dari ekspektasi, yakni hanya 142.000. Selain itu, defisit perdagangan AS per Agustus 2015 melonjak 16% dibanding bulan sebelumnya menjadi minus US$ 48,3 miliar.

Data tersebut memicu pelaku pasar pesimistis, The Fed akan menaikkan suku bunga tahun ini. Harga emas kembali melemah setelah pasar China dibuka usai libur panjang. “Sentimen melemahnya ekonomi China masih menjadi perhatian pelaku pasar,” ujar Deddy.

Harga emas juga melemah jelang rilis notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis malam (8/10). “Kalau perkembangan ekonomi global terus melemah, menurut saya, The Fed belum akan menaikkan suku bunga. Tahun depan saya juga masih ragu,” lanjut Deddy.

Apalagi Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi, ekonomi dunia tahun ini hanya akan tumbuh 3,1% dan 3,6% di tahun depan. Di sisi lain, Tiongkok terus meningkatkan kepemilikan emas di bank sentral, dengan menambah 15 ton menjadi 1.709 ton pada September sebagai diversifikasi cadangan devisa. Menurut Deddy, kenaikan simpanan emas China mendukung kenaikan harga emas, hingga US$ 1.200 per ons troi.

Namun, Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menilai, data China tersebut tak terlalu menjadi sorotan pasar, mengingat Tiongkok bukan negara dengan simpanan emas terbesar. Pasar, lebih fokus mengamati perkembangan suku bunga The Fed.

“Hasil notulensi rapat FOMC akan menjadi sentimen utama bagi pergerakan emas di akhir pekan ini,” papar Yulia. Pekan depan, beberapa data AS juga masih akan membayangi harga emas, di antaranya retail sales dan core PPI bulan September.

Secara teknikal, Yulia melihat, harga emas masih cenderung flat. MACD bergerak flat namun berada di area positif 4,31. Stochastic naik, tapi sudah mencapai level overbought yakni di 77,83. Sementara RSI cenderung naik di level 50.

Jumat (9/10) Yulian menduga, harga emas akan kembali menguat di rentang US$ 1.132 -US$ 1.150 per ons troi. Sepekan, harga menguat di US$ 1.123-US$ 1.153 per ons troi. Deddy memprediksi, emas akan menguat dan bergerak di kisaran US$ 1.136,4-US$ 1.175,0 per ons troi dalam sepekan ke depan.

Editor: Barratut Taqiyyah.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*