Harga CPO menuju level tertinggi 2014

Harga CPO menuju level tertinggi 2014

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) melaju dalam dua minggu terakhir. Kenaikan harga CPO terjadi akibat musim kemarau di Brasil yang dapat mengurangi produksi kedelai sebagai bahan baku minyak kedelai, pesaing CPO.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/2), harga CPO untuk kontrak pengiriman bulan April 2014 di Bursa Derivatif Malaysia menyentuh RM 2.590
(US$ 779) per metrik ton. Level harga itu naik  0,86% dari hari sebelumnya. Harga tersebut merupakan level tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 24 Januari 2014.

Kondisi cuaca yang panas dan kering bakal mengganggu produksi kedelai di Brasil. Sementara, produsen kedelai utama dunia lainnya, yakni Argentina juga tengah menghadapi tantangan curah hujan yang tinggi dan bisa menyebabkan banjir. Alhasil, pasokan kedelai yang merupakan alternatif minyak sawit dapat terganggu.

Asal tahu saja, saat ini fluktuasi harga kedelai merupakan buah dari spekulasi penurunan produksi kedelai Brasil akibat hambatan iklim. “Kendala produksi minyak sawit dan persediaan di bawah 2 juta ton, positif untuk pasar,” kata Prathamesh Mallya, analis komoditas Anand Rathi Ltd kepada Bloomberg.

Di pasar komoditas pertanian China, Dalian Commodity Exchange, harga minyak kelapa sawit untuk pengiriman Mei 2014 bahkan melonjak 2,2% menjadi 5.798 yuan
(US$ 956) per ton.

Sementara harga minyak kedelai naik sekitar 3% menjadi 6.582 yuan per ton. Harga minyak kedelai melonjak akibat permintaan tinggi sementara suplai terganggu.

Penguatan harga CPO juga dipengaruhi cadangan yang berkurang. Menurut Dewan Minyak Sawit Malaysia, per 10 Februari 2014, cadangan minyak sawit mentah di Malaysia diprediksi mencapai 1,98 juta ton pada bulan Januari. Stok ini sedikit lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2013 yang sebanyak 1,99 juta ton.

Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO telah mendaki sejak pertengahan Januari hingga tiga hari sebelum Imlek dan sempat menyentuh level harga RM 2.600 per metrik ton.

Pasca bertengger di level RM 2.600, harga CPO berangsur-angsur turun. “Saat ini, harga CPO sedang naik lagi lantaran tingginya harga minyak kedelai di China,” ungkap Ariston, Jumat (7/2).

Untuk beberapa waktu ke depan, Ariston memperkirakan, harga CPO masih sulit menembus level RM 2.600 per ton. Satu sisi, cadangan CPO sedikit mengalami penurunan yang berpotensi mengerek harga. Namun ekspor CPO Malaysia, sebagai produsen terbesar setelah Indonesia, justru turun yang mengindikasikan pelemahan permintaan.
 
Bulan Januari lalu, ekspor CPO Malaysia sebanyak 1,35 juta ton. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan ekspor CPO bulan Desember 2013 sebesar 1,51 juta ton.

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri menuturkan, stok CPO yang masih melimpah akan membuat harga CPO sulit naik. “Permintaan tidak terlalu banyak, harga sulit untuk naik,” katanya. Sepekan ke depan, Kiswoyo memperkirakan, harga CPO masih akan stagnan karena belum ada perubahan permintaan yang berarti.

Sedangkan, Ariston memprediksi, setelah menyentuh resistance terkuat di level RM 2.600 per ton, harga CPO cenderung melandai. Dalam beberapa kali kesempatan, harga CPO gagal menembus level resistance selanjutnya di RM 2.700 per metrik ton. Terakhir, CPO berhasil menduduki level ini pada 22 November 2013.

Secara teknikal, harga CPO masih di bawah moving average (MA) 100. Namun, harga masih berada di atas MA 50. Moving average convergence divergence (MACD) berada di atas garis nol dan mulai bergerak turun.
Sementara, indikator stochastic menukik turun berada di level 52%. Sedangkan, relative strength index (RSI) masih menunjukkan penguatan di atas level 50%.

Sepekan ke depan, Ariston menduga, harga CPO akan melandai dan bergerak di level RM 2.560-2.620 per metrik ton. Sedangkan, Kiswoyo memperkirakan, harga CPO bergerak di kisaran RM 2.500-RM 2.700 per metrik ton.


Sumber: http://rss.kontan.co.id/v2/investasi

Speak Your Mind

*

*