Harga CPO Jatuh di Level Terendah, Ekspor Indonesia Stagnan

Rabu, 16 September 2015 | 19:38 WIB

Kelapa sawit. REUTERS/Roni Bintang

TEMPO.CO, Jakarta – Agustus lalu, untuk pertama kalinya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) global jatuh pada level terendah sejak enam tahun terakhir. Harga CPO jatuh di bawah US$ 600 per metrik ton. Namun, rendahnya harga CPO global tidak serta merta mendongkrak volume ekspor minyak sawit Indonesia.

“Ekspor minyak sawit Indonesia justru stagnan,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan saat dihubungi, Rabu 16 September 2015.

Menurut Fadhil, stagnasi juga terjadi pada ekspor minyak sawit negeri jiran, Malaysia. sementara ekspor minyak sawit Indonesia hanya naik 0,6 persen di Agustus ini dibandingkan Juli, pengiriman dari Malaysia pun hanya naik 0,5 persen pada periode yang sama.

Volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Agustus lalu tercatat sebesar 2,10 juta ton. Ekspor minyak sawit Indonesia stagnan pada saat harga CPO berada pada posisi harga terendah karena lemahnya daya beli dari pasar ekspor utama Indonesia yaitu Cina, India dan Uni Eropa.

Sepanjang Agustus harga CPO global bergerak di kisaran US$ 590 – US$ 480 per metrik ton. Tren penurunan harga terus berlangsung mulai dari pekan pertama hingga pertengahan pekan keempat dimana harga telah jatuh di titik terendah yaitu US$ 480 per metrik ton.

Sedangkan harga rata-rata CPO global pada Agustus terjerembab di US$ 539,3 per metrik ton atau turun 15 persen dibandingkan dengan harga rata-rata Juli lalu yaitu US$ 630,6 per metrik ton. Jatuhnya harga selain disebabkan lemahnya permintaan pasar global juga disebabkan perkiraan meningkatnya stok minyak sawit di negeri penghasil utama minyak sawit Indonesia dan Malaysia.

Efek El Nino yang melanda Indonesia dan Malaysia sejak Juli hingga September ini diperkirakan memiliki dampak terhadap produksi sebagian wilayah Indonesia dan berangsur mulai mendongkrak harga di awal dua pekan pertama September 2015. Harga minyak sawit global yang terpuruk mulai merangkak naik dan bergerak dikisaran US$ 500 – US$ 520 per metrik ton pada 2 pekan pertama September.

GAPKI terus menyarankan dan mendorong pemerintah agar penyerapan biodiesel segera dipercepat sesuai target yang telah ditetapkan. GAPKI juga mendorong penyerapan biodiesel tidak hanya untuk transportasi (PSO), tetapi juga untuk industri (Non-PSO) yang selama ini masih berjalan tersendat-sendat.

Menurut GAPKI, di sektor tenaga listrik (PLN) penyerapannya sangat rendah, padahal mandatori pencampuran di sektor kelistrikan ini sebesar 25 persen. “Hal ini dipercaya akan mengangkat harga CPO lebih tinggi lagi karena pasokan ke pasar global dipastikan berkurang jika penyerapan di dalam negeri tinggi,” kata Fadhil.

GAPKI memperkirakan harga harian CPO sampai akhir September akan bergerakan di kisaran US$ 510 – US$ 550 per metrik ton dengan harapan Pertamina tetap pada komitmen untuk terus menyerap biodiesel.

PINGIT ARIA


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*