Harga Bahan Baku Rendah, Laba Spindo Bisa Tumbuh 27%

Jakarta – PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP/Spindo) diprediksi membukukan laba bersih sebesar Rp 280 miliar atau tumbuh 27% tahun ini dibandingkan target tahun lalu senilai Rp 220 miliar. Kenaikan ini berdasarkan kondisi harga minyak dunia yang diperkirakan masih rendah yaitu di bawah US$ 50 per barel dalam 1-2 tahun ke depan.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe melalui risetnya mengungkapkan, rendahnya harga minyak tampaknya akan menguntungkan bagi Spindo. Pasalnya, hal tersebut akan membuat harga komoditas tambang sebagai bahan baku produk Spindo menjadi rendah, sehingga mengerek laba bersih perseroan.

“Selain itu, banyaknya proyek infrastruktur yang akan dibangun pemerintah Indonesia akan membuat pendapatan Spindo meningkat. Karena sebagian besar hasil produksi perseroan dijual dalam negeri,” jelas Kiswoyo di Jakarta, baru-baru ini.

Kiswoyo memprediksi, pendapatan perseroan akan meningkat 9,6% tahun ini menjadi Rp 3,99 triliun dari proyeksi sepanjang 2015 sebesar Rp 3,64 triliun.

Prospek perseroan yang bagus tersebut membuat Kiswoyo merekomendasikan beli untuk saham ISSP, dengan harga wajar sebesar Rp 288 per saham dan harga penutupan Senin (1/2) Rp 176.

Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir, PER (price earning ratio) Spindo tidak pernah berada di bawah level serendah 4,5. Posisi PER ISSP saat ini ada di level 8,44.

“Jika dilihat dari PER perseroan saat ini, maka sekarang adalah posisi yang aman untuk membeli karena berada di dekat garis support PER,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, perseroan bakal menambah varian produknya hingga 2018. Penambahan varian produk dilakukan unuk memenuhi permintaan pasar Indonesia untuk jenis pipa baja buatan lokal.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengungkapkan, tahun lalu Spindo telah mampu memproduksi varian baru dari pipa baja yang dihasilkan, yaitu pipa baja kecil dengan ketebalan 6,5 milimiter (mm). Sebelumnya, Spindo hanya mampu menciptakan pipa baja kecil dengan ketebalan 4 mm.

“Penambahan varian ini dapat dilakukan karena suntikan modal dari Jepang berupa penambahan mesin baru,” tutur Reza melalui risetnya, beberapa waktu lalu.

Setelah 2015 perseroan mampu memproduksi pipa dengan ketebalan 6,5 mm, Spindo berencana memproduksi pipa hingga ketebalan 24 mm pada 2018.

Pabrik Karawang
Spindo membeli mesin baru untuk menambah produksi di pabrik baja perseroan di Karawang dengan kapasitas produksi 6.000 ton per bulan pada kuartal I – 2016. Pembelian mesin baru diharapkan bakal terus menambah kapasitas produksi.

Per Oktober 2015, pabrik perseroan di Karawang sudah menghasilkan 4.800 ton pipa baja sehingga Spindo berhasil menjual pipa baja sebesar 313.924 ton. Dia memperkirakan jumlah tersebut dapat bertambah hingga Desember.

NH Korindo Securities melihat adanya peluang peningkatan kinerja yang dapat diraih Spindo dalam menambah ukuran dan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan industri. Spindo telah mengoperasikan total 30 lini produksi sehingga hal itu memungkinkan bagi perseroan untuk memproduksi berbagai jenis pipa yang dibutuhkan oleh para pelanggannya.

Dia juga memandang hal tersebut positif yang didukung oleh lokasi pabrik. Menurut pengamatan NH Korindo Securities, lokasi pabrik yang berada di beberapa tempat memungkinkan bagi Spindo untuk menjangkau para pelanggannya.

Adapun lokasi fasilitas produksi sebanyak 3 fasilitas di Surabaya, 1 di Pasuruan, 1 di Sidoarjo yang lebih ditujukan untuk melayani Indonesia bagian Timur, dan 1 di Karawang yang lebih ditujukan untuk permintaan industri otomotif di area Jawa Barat. Spindo juga berencana membangun fasilitas produksi di Gresik, Jawa Timur yang ditujukan untuk memasok industri migas.

Investor Daily

Muhamad Edy Sofyan/MHD

Investor Daily


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*