Gejolak China reda, minyak rebound

JAKARTA. Setelah terpuruk ke level terendahnya selama 12 tahun terakhir, harga minyak berhasil rebound. Naiknya harga minyak ini disinyalir akibat meredanya gejolak ekonomi di China.

Mengutip Bloomberg, Jumat (8/1) pukul 20.20 WIB harga minyak kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Mercantile Exchange naik 1,77% ke level US$ 33,75 per barel dibanding hari sebelumnya.

Dipaparkan Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures ini setelah pelaku pasar menilai yuan dan bursa saham di China lebih stabil. Meski belum mampu mendongkrak permintaan minyak secara langsung paling tidak ketidakpastian di pasar mereda. “Selain itu ada andil aksi bargain hunting yang dilakukan pelaku pasar,” ujar Nizar.

Sebabnya, harga sudah terlampau rendah dan apabila dibiarkan terus tergerus harga bisa menembus level US$ 30 per barel. Itu merupakan level terendahnya sejak tahun 2003 silam.

Namun memang rebound yang dialami harga minyak saat ini tidak mampu mengubah tren pergerakan harga. “Masih bearish,” tambah Nizar.

Menduga pergerakan harga minyak ke depannya, menurut Nizar perlu menanti data ketenagakerjaan AS. Seperti upah tenaga kerja AS Desember 2015 yang diprediksi stagnan di 0,2%.

Begitu juga tingkat pengangguran stagnan level 5% dan non farm payroll yang mengempis dari 211 ribu menjadi 203 ribu. “Ada indikasi mengecewakan, seharusnya harga bisa rebound lanjutan,” duga Nizar.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*