Gara-gara Bank Sentral AS, Rupiah Masih Akan Melemah

Jakarta -Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan terus melemah. Penghentian stimulus oleh bank sentral AS The Federal Reserves/The Fed dan rencana kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam akan menekan nilai tukar rupiah.

Hari ini, rupiah kembali nyaris menyentuh level Rp 12.200 per dolar AS. Mengutip data Reuters, Kamis (30/10/2014), dolar AS diperdagangkan di posisi Rp 12.147. Namun posisi terkuatnya adalah di Rp 12.180.

Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga menunjukkan pelemahan rupiah. Hari ini, rupiah berada di posisi Rp 12.165 per dolar AS. Melemah dibandingkan kemarin yaitu Rp 12.163 per dolar AS.

Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI), menilai kebijakan The Fed pasti akan mempengaruhi perekonomian global, tidak terkecuali Indonesia. Terakhir, The Fed menghentikan stimulus dengan membeli surat berharga pemerintah. Kebijakan ini disebut quantitative easing.

Belum lagi The Fed dikabarkan akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Ini akan menyebabkan investor kembali mengarahkan investasinya ke Negeri Paman Sam, karena selain aman juga menjanjikan bunga yang lebih tinggi.

“Ini bisa memicu outflow, sudah kelihatan di SBN (Surat Berharga Negara) dan saham sudah ada di bawah garis atau outflow. Apalagi tadi malam The Fed menyatakan tidak akan lagi beli-beli aset, ini ada indikasi bahwa tingkat bunga akan naik. Reaksi negara-negara lain, mereka merasa dolar AS akan kuat dan ekonomi AS akan membaik,” jelasnya di acara Pertemuan CEO Pelapor Utang Negara di gedung BI, Jakarta, Kamis (30/10/2014).

Meski demikian, Agus mengatakan akan terus menjaga volatilitas rupiah melalui kebijakan pendalaman pasar keuangan.Next

(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*