Faktor The Fed Picu Pelemahan Tren Pasar Obligasi

INILAHCOM, Jakarta Seiring pelemahan pasar obligasi global akibat penguatan dolar AS jelang pertemuan The Fed, semua tenor obligasi dalam negeri melemah. Yiled-nya pun otomatis naik.

“Tidak jauh berbeda dengan pekan sebelumnya di mana kondisi pasar obligasi yang terlihat masih kurang kondusif seiring dengan masih adanya aksi jual asing membuat laju harga-harga obligasi kian tertekan dan masih dalam tren melemahannya,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (3/5/2014).

Kondisi itu seiring dengan pasar saham di mana pelaku pasar masih melakukan aksi jual di minggu kemarin. “Kembali maraknya sejumlah sentimen negatif di pekan kemarin membuat laju pasar obligasi cenderung melemah,” ujarnya.

Meski laju rupiah mampu berbalik positif, imbas melemahnya laju pasar obligasi global seiring penguatan dolar AS jelang pertemuan The Fed membuat pasar obligasi dalam negeri ikut melemah. “Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang masih bergerak negatif yang terefleksi dari kembali naiknya yield yang merata pada seluruh tenor,” papar dia.

Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang (8-30 tahun).Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 14,70 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 20,04 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 21,01 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun melanjutkan pelemahan harganya hingga 64,83 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun turun harganya hingga 139,34 bps.

Di pekan kemarin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat UtangNegara (SUN) untukseri sebagai berikut:

a. Seri SPN12160204 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Februari 2016;

b. Seri FR0069 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 7,875% dan jatuh tempo pada tanggal 15 April 2019;

c. Seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 9,000% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2029.

d. Seri FR0067 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750%) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2044.

Masih maraknya aksi jual dan sentimen negatif di pasar obligasi membuat minimnya permintaan lelang surat utangnegara (SUN) di pekan kemarin. Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp7,91 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUN periode sebelumnya, Selasa (14/4/2015) yang mencapai Rp10,01 triliun.

Pada lelang kali ini, lelang diserap Rp4,85triliun atau di bawahtarget indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp10triliun. Pemerintah memenangkan semua seri dari empat seri yang ditawarkan.

Di antaranya, seri SPN12160204(reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp1,67triliun. Yield terendah yang masuk sebesar 5,99% dan yield tertinggi 7%. Seri ini diserap Rp 1,45triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,18% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri FR0069(reopening) mengalami permintaan Rp1,78triliun dengan yield terendah 7,61% dan yield tertinggi yang masuk 7,87%. Seri ini kemudian diserap Rp650miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,63% dan tingkat imbalan 7,88%.

Seri FR0071mengalami permintaan Rp1,55 triliundengan yield terendah 7,91% dan yield tertinggi yang masuk 8,19%. Seri bertenor satu tahun ini diserap Rp 1,55triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,96% dan tingkat imbalan 9%.

Sementara itu, seri FR0067mengalami permintaan Rp 1,37 triliundengan yield terendah 8,24% dan yield tertinggi 8,45%. Permintaan untuk seri ini diserap oleh pemerintahsebesar Rp1,2 triliun. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*