Faktor Global dan Rupiah Libas Obligasi Domestik

INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan terakhir, laju pasar obligasi melemah yang ditandai dengan kenaiakan yield-nya akibat pelemahan obligasi global dan rupiah. Meski begitu, dana yang diraih melampaui target indikatifnya.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, laju pasarobligasi cenderung mengalami penurunan sejalan dengan laju bursa saham yang juga mengalami pelemahan di awal pekan. “Maraknya sentimen negatif membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jualnya,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (2/8/2015).

Negatifnya laju pasar obligasi global secara tidak langsungtidak memberikan kesempatan positif pada laju pasar obligasi dalam negeri.”Sentimen dari penurunan pasar obligasi di Asia hingga antisipasi pertemuan The Fed yang memberikan penguatan pada laju dolar AS turut mempengaruhi laju pasar obligasi,” ujarnya.

Pelemahan pun tak terhindarkan yang terlihat dari pergerakanyieldobligasi yang cenderung meningkat hampir di seluruh tenor. Di sisi lain, melemahnya laju rupiah juga turut menghambat pasar obligasi untuk dapat bergerak positif.

Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield cenderung meningkat seperti yang terjadi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya di kisaran 10,55%-10,60% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya cenderung naik berada di kisaran 10,65%-10,75%.

Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen dari eksternal. Sementara sentimen internal berupa pelemahan nilai tukar rupiah.

Harga obligasi Pemerintahkembali berbalik turun yang terefleksi dari kembali naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang (8-30 tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-rata yield 12,24 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 22,09 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami kenaikan yield hingga 24,04 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun kembali turun harganya hingga -80,41 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun melemah harganya hingga -199,96 bps.

Di pekan kemarin, lelang Surat Berharga Syariah Negara dalam mata uang rupiah telah dilakukan oleh Pemerintah pada hari Selasa, 28Juli2015. Rencana jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp2,5 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

a. Seri SPN-S15012016(reopening) dengan pembayaran imbalan secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 15Januari2016;

b. Seri PBS006(reopening) dengan pembayaran imbalan sebesar 8,25% dan jatuh tempo pada tanggal 15September2020;

c. Seri PBS007(reopening) dengan tingkat imbalan sebesar9,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2040;

d. Seri PBS008 (reopening) dengan tingkat imbalan sebesar 7,00%dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2016;

e. Seri PBS009 (new issuance) dengan tingkat imbalan belum ditentukan dan jatuh tempo pada tanggal 25 Juni 2018.

Di pekan kemarin, nilai yang ditawarkan lebih tinggidari pekan sebelumnya. Meski sentimen di pekan kemarin masih terdapat sentimen negatif namun, permintaan akan lelang Sukuk cukup tinggi dan bahkan mampu melampaui target indikatifnya.

Tidak hanya itu, jumlah Sukuk yang dilelang pun mengalami penambahan sehingga total Sukuk yang dilelang terdapat 5 seri Sukuk.Lelang Sukuk yang terserap lebih banyak yang memiliki tenor lebih pendek, terutama terlihat pada Sukuk yang bertenor 1-3 tahunan.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp6,73triliun, lebih tinggidibandingkan lelang Sukuk periode sebelumnya, Selasa (30/6) yang mencapai Rp3,87triliun. Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp2,93triliun atau di atastarget indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 2,5triliun.

Pemerintah tidak memenangkan 1 seri Sukuk yaitu, PBS007. Sementara seri lainnya yang dimenangkan antara lain seri SPN-S15012016 (reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp1,55triliun.

Imbal hasilterendah yang masuk sebesar 6,75% dan Imbal hasil tertinggi 8,00%. Seri ini diserap Rp 810 miliardengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,8% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri PBS006 (reopening) mengalami permintaan Rp535miliardengan Imbal hasil terendah 8,47% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 9,00% serta diserap Rp 400 miliar.

Seri PBS008mengalami permintaan Rp 2,12triliun dengan Imbal hasil terendah 7,75% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,56% serta diserap Rp 790 miliar. Seri PBS009dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,24triliun dan diserap Rp930 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,18% dan tingkat kupon7,00%. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*