Euforia pudar, mata uang emerging kembali ke bumi

TAIPEI. Mata uang emerging ramai-ramai melemah melawan dollar Amerika, Senin (23/3). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 16.22 waktu Hong Kong, indeks mata uang emerging turun 0,2%.

Dalam tiga pekan terakhir, indeks yang sama sudah melesat 5,2%. Pada Kamis pekan lalu, indeks mata uang emerging sempat berada di posisi tertingginya dalam empat bulan terakhir.

Sore ini, rand Afrika Selatan melemah 0,7% seiring turunnya harga minyak Brent sebesar 1,6%. Selain itu, rubel Rusia melemah 0,7%, rupiah Indonesia melemah 0,4%, dan ringgit Malaysia melemah 0,2%.

Pelemahan juga terlihat pada yuan China sebesar 0,16% setelah People’s Bank of China memangkas nilai tukar harian yuan sebesar 0,3%.

Pelemahan terjadi seiring kecemasan investor bahwa penguatan mata uang emerging terjadi terlalu cepat dan tajam.

“Pelaku pasar saat ini menilai langkah dovish The Fed merupakan kejutan dan mereka berpikir bahwa ada kemungkinan data ekonomi AS akan memaksa the Fed untuk kembali menaikkan suku bunga lebih tinggi dan lebih cepat,” jelas Sim Moh Siong, foreign exchange strategist Bank of Singapore Ltd.

Selain itu, dia menilai, fundamental emerging market tidak banyak mengalami perubahan.

Sementara, Jason Daw, head of Asian foreign exchange strategy Societe Generale SA di Singapura melihat, reli mata uang negara berkembang kemungkinan hanya bersifat sementara.

“Sejarah menunjukkan, arus modal tidak akan melonjak hingga tingkat pertumbuhan ekonomi emerging membaik,” imbuh Daw.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*