Ekonomi Tiongkok Memble, Dolar AS Jadi Investasi Aman

Jakarta -Kabar kurang sedap datang dari Tiongkok. Pada kuartal III-2014, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tercatat 7,3% dibandingkan periode yang sama pada 2013. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 7,5%.

Perlambatan ekonomi Tiongkok menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar keuangan. Sejumlah bursa saham di regional Asia terkoreksi.

Dikutip dari kantor berita AFP, Selasa (21/10/2014), bursa saham Tokyo turun sampai 20,3% menjadi 14.804,28. Bursa Seoul juga melemah 0,77% menjadi 1.915,28. Kemudian bursa Shanghai turun 0,72% di posisi 2.339,66.

Pelemahan ekonomi Tiongkok juga membuat pelaku pasar cenderung kembali ke instrumen paling aman yaitu dolar Amerika Serikat (AS). Ini menyebabkan dolar AS menguat dibandingkan mata uang lainnya.

Menurut data Reuters, dolar AS menguat terhadap mata uang sejumlah negara berkembang. Misalnya dolar AS berada di posisi 44,78 peso Filipina, menguat dibandingkan posisi terendahnya hari ini di 44,73.

Terhadap rupiah, dolar AS hari ini berfluktuasi. Level terendah perdagangan hari ini adalah Rp 11.950, sementara tertingginya Rp 12.000.

“Perlambatan ekonomi di Tiongkok menjadi perhatian investor, Data ini mempengaruhi sentimen global,” kata Shin Kadota, Chief FX Strategist Barclay’s seperti dilansir Reuters.

Namun, instrumen investasi aman alias safe haven saat ini bukan hanya milik dolar AS. Yen Jepang pun dinilai sebagai salah satu instrumen paling aman di tengah situasi yang tidak pasti.

Dalam perdagangan sore ini di Tokyo, dolar AS melemah menjadi 106,4 yen dari sebelumnya 106,92 yen. Namun, sejumlah pihak menilai penguatan yen ini hanya sementara.

“Kami masih berpandangan bahwa dolar akan menembus level 110 yen dalam 1-2 bulan ke depan,” ujar Daisuke Tanaka, Chief FX Strategist Deutsche Bank seperti dikutip AFP.

(hds/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*