Ekonom Ini Optimistis Dolar AS Turun ke Rp 12.500 di Akhir Tahun

Jakarta -Krisis Yunani tampaknya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Pelaku pasar sudah mengantisipasi sejak awal kondisi ini. Terlebih, Yunani sudah krisis sejak 2010 lalu.

Ditambah, saat ini Yunani sepakat kembali menerima bantuan dari Eropa sebesar US$ 96 miliar untuk memulihkan ekonominya.

Ekonom UGM yang juga Komisaris Independen Bank Permata, Tony Prasetiantono melihat, fundamental ekonomi masih kuat untuk menghadapi hantaman krisis Yunani.

Menurutnya, Yunani hanyalah bagian kecil dari sentimen global yang mempengaruhi pasar keuangan Indonesia. “Masalah Yunani kan sudah sejak 2010, kita sudah antisipasi,” katanya kepada detikFinance, Selasa (14/7/2015).

Tony mengungkapkan, pengaruh Yunani sudah direspons pasar sebelumnya saat Yunani mengalami gagal bayar atas utang apda akhir Juni 2015 lalu. Saat ini, pasar keuangan Indonesia sudah cukup stabil.

“Kalau jeleknya paling masih kisaran Rp 13.000/US$,” sebut dia.

Meski demikian, Tony menilai, masih ada potensi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa menguat ke level Rp 12.500/US$ di akhir tahun ini.

Hal tersebut tentu ada faktor pendorongnya, yaitu program-program Jokowi terealisasi dengan baik dan serapan anggaran bisa dibelanjakan dengan maksimal.

Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Real Effective Exchange Rate (REER), dolar AS bisa bertengger di level Rp 12.500 di akhir tahun ini.

“Syaratnya program-program Jokowi berjalan dengan baik, harus bekerja keras. Penyerapan APBN dan APBD dan infrastruktur digenjot, kalau itu bisa dijalankan, berdasarkan hitung-hitungan ekonom yang mengacu REER, rupiah kita bisa Rp 12.500/US$,” ujar Tony.

(drk/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*