Dolar Segera Tembus Rp 13 Ribu, Ini Sebabnya

TEMPO.CO, Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan berlanjut karena pasar masih menunggu rilis data tenaga kerja Amerika Serikat terbaru. Data yang diyakini bakal mengembalikan persepsi positif terhadap kinerja perekonomian Amerika Serikat tersebut membuat dolar semakin kuat.

Pada perdagangan Rabu, 4 Maret 2015, rupiah ditutup melemah 21,5 poin (0,17 persen) pada level 12.990,5 per dolar AS. Padahal, pada perdagangan siang hari, rupiah masih berada di level 12.964 per dolar AS.

Menurut analis valas Lindawati Susanto, investor mengantisipasi publikasi data tenaga kerja Amerika per Februari yang diharapkan naik menjadi 241 ribu pekerja. Data itu bakal kian memperjelas momentum kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed’s Rate). Lindawati berpendapat permintaan dolar yang meningkat sebagai bentuk antisipasi rencana kenaikan Fed’s Rate membuat likuiditasnya berkurang.

Tak ayal, rupiah pun mengalami hal yang sama. Aturan yang mewajibkan perusahaan non-bank melakukan lindung nilai pun mendorong permintaan dolar di pasar domestik menjadi lebih tinggi. Lindawati memperkirakan pemangkasan BI Rate ikut memicu pergerakan negatif rupiah. Imbal hasil pasar obligasi yang ada kemungkinan juga bakal mengalami penyesuaian menyebabkan investor mulai mengalihkan dananya ke aset-aset yang lebih menarik.

Menjelang akhir pekan, Lindawati memperkirakan rupiah cenderung tertekan dalam kisaran level 12.950-13.100 per dolar AS. Pernyataan terbaru para petinggi The Fed bakal menjadi sentimen utama yang diperhatikan investor.

MEGEL JEKSON


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*