Dolar Perkasa, Rupiah Terjajah

INILAHCOM, Jakarta Nilai tukar rupiah sepekan terakhir benar-benar jadi korban kebijakan People’s Bank of China (PBoC) yang mendevaluasi yuan. Keperkasaan dolar AS pun jadi tak punya tanding.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sepekan terakhir melemah 227 poin (1,67%) ke posisi 13.763 pada pekan yang berakhir Jumat (14/8/2015) dibandingkan akhir pekan sebelumnya 13.536 per Jumat (7/8/2015).

“Kebijakan People’s Bank of China (PBoC)picu pelemahan rupiah masih berlanjut,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM, di Jakarta, Senin (17/8/2015).

Pasca dirilis lebih rendahnya non farm payrolls dan tetapnya unemployment rate AS, laju dolar AS cenderung mengalami penurunan. “Di sisi lain, rilis kenaikan manufacturing payrolls dan government payrolls AS tampaknya belum cukup kuat mengangkat laju dolar AS yang sebelumnya sudah cenderung meningkat,” ujarnya.

Dengan pelemahan laju dolar AS tersebut meski hanya sementara, namuncukup membuat laju rupiah dapat menguat meski tidak terlalu signifikan di awal pekan.

Tampaknya, lanjut dia, awan gelap masih menyelimuti pergerakan dari rupiah. “Harapan kami akan terbatasnya pelemahan rupiah tidak terjadisetelahterlibas dengan kembali menguatnya laju dolar AS,” timpal dia.

Mata uang yang diharapkan saat ini dapat melawan dominasi dolar AS, yaitu Yuan, pergerakannya saat ini cenderung melemah seiring dengan langkah PBoC yang mendevaluasi Yuan atau dengan kata lain laju Yuan diperlemahkan. “Kami menilai kebijakan tersebut bagus untuk kegiatan ekspor mereka agar barang ekspornya lebih kompetitif nilainya,” ucapnya.

Hanya saja, Reza menggarisbawahi, sadar atau tidak Tiongkok tidak melihat efek sampingnya. “Dengan melemahnya laju Yuan, mata uang tandingan dolar AS menjadi tidak ada,” tuturnya.

GBP, Yen, Euro, hingga Rubel tidak mampu sebelumnya melawan dolar AS seiring peliknya masalah internal ekonominya. “Jadi, melemahnya mata uang satu-satunya tandingan dolar AS tentu berimbas negatif pada pergerakan mata uang emerging market, termasuk rupiah,” papar Reza.

Rupiah terlibas dengan kembali menguatnya laju dolar AS. Kembalinya bank sentral Tiongkok melakukan devaluasi terhadap mata uangnya membuat laju mata uang emerging market kembali terkapar. “Rupiah pun masih menjadi korban atas kebijakan bank sentral tersebut,” tuturnya.

Bahkan adanya event pelantikan menteri hasil reshuffle juga belum memberikan sentimen positif bagirupiah.”Meski bank sentral Tiongkok kembali melakukan devaluasi atas mata uangnya namun, tidak sebanyak 2 hari sebelumnya,” kata dia.

Mulai berkurangnya devaluasi tersebut memberikan angin segar bagi mata uang emerging market untuk kembali terapresiasi. “Bank sentral Tiongkok sengaja kali ini tidak terlalu agresif dalam mendevaluasi Yuan agar tidak terjadi currency war yang dapat membuat pasar panic,” ujarnya.

Rupiah pun dapat mengambil kesempatan untuk menguat meski hanya sementara.”Akan tetapi, di akhir pekan kembali anjlok seiring dengan rilis kembali defisitnya neraca pembayaran,” tandas Reza.

Laju rupiah terus bergerak ke bawah dan di bawah target supportRp13.615. “Arah berikutnya, rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 13.835-13.700mengacu pada kurs tengah BI,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*