Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menjelaskan gejolak nilai tukar dunia masih terjadi hingga penghujung tahun. Kondisi ini sangat dipengaruhi ekonomi China yang masih mengalami perlambatan sehingga berdampak terhadap ekonomi termasuk nilai mata uang di Asia Pasifik.
“Nilai tukar dipengaruhi kondisi global. Salah satunya karena lesunya ekonomi China yang mempengaruhi negara berkembang,” kata Diop saat acara diskusi di Kantor Bank Dunia, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Namun, Diop memproyeksi rupiah akan menguat bila kondisi fundamental Indonesia membaik. Pertumbuhan ekonomi hingga kondisi neraca perdagangan yang diproyeksi positif bisa mengerek naik nilai rupiah.
“Rupiah fokus ke kebijakan publik untuk menstabilisasi makro. Itu bisa membuat rupiah stabil,” ujarnya.
Diop memproyeksi kondisi fundamental Indonesia baru membaik mulai tahun 2016. Hal ini dipengaruhi dampak positif dari paket kebijakan ekonomi, belanja infrastruktur pemerintah hingga investasi swasta.
“Pertumbuhan ekonomi tahun depan dipengaruhi naiknya investasi pemerintah dan swasta. Konsumsi domestik juga mempengaruhi bangkitnya ekonomi. Ada juga paket kebijakan ekonomi yang fokus untuk mendorong investasi dan ekspor,” tuturnya.
(feb/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind