Dolar AS Rp 13.000, Kepala BKPM: Investor Bilang Tidak Masalah

Jakarta -Nilai tukar rupiah masih belum bisa menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini membuat operasional perusahaan di dalam negeri makin tinggi, terutama yang berbahan baku impor.

Apakah hal ini bisa mempengaruhi rencana investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia? Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, jawabannya adalah tidak.

“Setiap pertemuan dengan investor, selalu kami tanyakan bagaimana dengan kondisi rupiah yang masih bertahan di atas Rp 13.000. Investor selalu bilang itu tidak ada masalah,” ujarnya di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (24/6/2015).

Menurutnya, nilai tukar dolar AS yang tinggi tersebut justru menjadi berkah bagi perusahaan yang berorientasi ekspor. Sebab uang yang diterimanya dalam bentuk dolar AS.

“Contohnya seperti PT SSI (Sumber Samudera Indonesia) yang kemarin kami kunjungi, itu kan 100% ekspor dan 100% dibayar pakai dolar.

SSI yang bermarkas di Semarang, Jawa Tengah, termasuk perusahaan yang mengolah ikan dan mengekspor produk olahan ikan ke berbagai negara.

Perusahaan tersebut merupakan hasil Penanaman Modal Asing (PMA) asal China di bidang usaha industri pengolahan dan pengawetan ikan yang terkena dampak positif adanya pemberantasan illegal fishing oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

“Tantangannya tinggal bagaimana bisa masuk ke dalam standar pangan negara tujuan ekspor,” kata Franky.

(ang/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*