Dolar AS Keok ke Rp 13.500-an, Ini Penyebabnya

Jakarta -Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini melemah cukup dalam terhadap rupiah. Mata uang Paman Sam itu sempat jatuh hingga ke kisaran Rp 13.500.

Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (22/12/2015), dolar AS pagi tadi dibuka melemah di Rp 13.717 dibandingkan posisi pada perdagangan kemarin sore Rp 13.806. Posisi terendah dolar AS adalah Rp 14.530.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual mengungkapkan, penguatan rupiah tersebut merupakan dampak kepastian dari bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed), yang telah menaikkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 0,25% ke 0,50%.

“Ketidakpastian dari The Fed sudah sirna,” kata David kepada detikFinance, Selasa (22/12/2015).

Selain itu, ada skenario optimistis dari para pelaku pasar, bahwa ekonomi China akan turun pelan alias soft landing. Artinya, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan masih akan tetap di atas 6%.

Ini tentu memberikan dampak positif bagi Indonesia. Sebab, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Dari total ekspor komoditi Indonesia, sebesar 10% dikirim ke China.

Jika pertumbuhan ekonomi China masih bisa bergerak di atas 6%, ekspor Indonesia ke China paling tidak tidak merosot terlalu dalam. “Skenario China itu soft landing, itu skenario optimistis, dampaknya bagus ke kita,” ujar dia.

David menjelaskan, skenario terburuk adalah ekonomi China akan mengarah ke hard landing, artinya pertumbuhan ekonomi China terus merosot di bawah 5%. Hal ini yang perlu diwaspadai.

Di sisi lain, tahun depan masih akan ada tantangan bagi rupiah soal kenaikan suku bunga The Fed susulan.

Ini mungkin akan sedikit membuat rupiah berfluktuasi. “Skenario terburuk China hard landing, ekonominya di bawah 5%, kalau sampai begitu, kemungkinan dia akan kembali mendevaluasi yuan,” kata David.

(drk/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*