Dibayangi Aksi Ambil Untung, IHSG Bisa Menguat Tipis

Jum’at, 05 Februari 2016 | 07:56 WIB

Pegawai Sekuritas mengamati pergerakan saham perusahaan di Jakarta, 20 Oktober 2014. IHSG ditutup menguat bahkan menjadi kenaikan tertinggi di Asia pada hari ini. ANTARA/OJT/Dyah Dwi Astuti

TEMPO.CO, Jakarta – Analis Ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan pada perdagangan akhir pekan ini Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG berpeluang melanjutkan penguatan. Namun, penguatan tersebut akan dibayangi oleh aksi ambil untung.

“IHSG meski berpeluang menguat namun diperkirakan akan terbatas dibayangi aksi ambil untung pemodal. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4620 hingga 4710 berpeluang menguat terbatas,” kata David Sutyanto dalam siaran tertulisnya, Jumat 5 Februari 2016.

Rendahnya risiko pasar saham global dan kawasan menyusul rebound harga minyak mentah dan pelemahan dolar AS memicu aksi beli pada perdagangan kemarin. IHSG berhasil tutup menguat 69,709 poin (1,5 persen) di 4665,817. Kata David, ini merupakan posisi tertinggi IHSG sejak perdagangan 8 Oktober 2015 lalu.

Penguatan IHSG pun sejalan dengan penguatan di pasar saham Emerging Market, tercermin dari The MSCI Emerging Market Index kemarin menguat 2,9 persen di 742,36. Aksi beli pemodal juga digerakkan sentimen individual terkait rilis laba 2015 sejumlah emiten sektoral perbankan.

Wall Street tadi malam bergerak fluktuatif dan berhasil menguat terbatas. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,5 persen dan 0,1 persen tutup di 16416,58 dan 1915,45. David mengatakan penguatan di Wall Street terutama dipicu sentimen pelemahan dolar AS dalam dua hari terakhir hingga berada di bawah posisi akhir 2015 lalu.

Nilai tukar US dolar terhada Euro kemarin melemah 0,8 persen di US$ 1,1190 per Euro dan terhadap Yen Jepang melemah 0,6 persen di 117,14 Yen per dolar Amerika Serikat.

Pelemahan dolar mengangkat harga komoditas tambang logam dan memicu aksi beli atas saham sektor material.

Pelemahan dolar juga menguntungkan perusahan mutinasional AS. Sedangkan harga minyak mentah tadi malam di AS terkoreksi 1,5 persen di US$ 31,81 per barel.

Menurut David, sentimen dari domestik pasar akan digerakkan dengan data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan keluar akhir pekan ini, yang diperkirakan mencapai 4,74 persen sepanjang 2015 lalu. Sejumlah isu individual terkait rilis laba 2015 dari sejumlah emiten perbankan juga turut memicu pergerakan indeks.

DESTRIANITA KUSUMASTUTI


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*