Data tenaga kerja benamkan dollar AS

JAKARTA. Data tenaga kerja di luar sektor pertanian (nonfarm payrolls) AS bulan Maret dirilis mengecewakan. Penambahan tenaga kerja jauh di bawah ekspektasi pasar.

Mengutip Bloomberg, Jumat (3/4), seluruh mata uang dunia menunjukkan penguatan terhadap dollar AS. Pasangan EUR/USD naik 0,82% dibanding hari sebelumnya menjadi 1,0969. Pasangan AUD/USD naik 0,54% menuju 0,7633. Sementara USD/JPY turun 0,63% menjadi 118,9700.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures mengatakan, meski pergerakan euro tengah melemah terhadap sebagian mata uang utama lantaran program pelonggaran moneter Bank Sentral Eropa (ECB), namun euro berhasil menguat pasca data tenaga kerja AS yang dirilis negatif. Rilis data tenaga kerja AS ini seiring dengan data ADP nonfarm payrolls yang sebelumnya dicatatkan negatif.

“Data nonfarm payrolls menjadi pukulan telak bagi dollar AS setelah sebelumnya data ADP juga menunjukkan angka yang mengecewakan,” terang Suluh.

Untuk diketahui, data nonfarm payrolls AS bulan Maret hanya membukukan angka 126.000 pekerja. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi sebesar 246.000 pekerja. Ini merupakan penambahan tenaga kerja terendah sejak Desember 2013.

Di sisi lain, pemerintah AS juga menurunkan angka pertumbuhan lapangan kerja dalam dua bulan pertama tahun ini. Kondisi ini mengindikasikan mulai melambatnya pasar tenaga kerja. Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, pertumbuhan tenaga kerja bulan Januari dan Desember di revisi turun dengan total 69.000 pekerja.

Angka tenaga kerja bulan Februari diturunkan dari publikasi awal sebanyak 295.000 pekerja menjadi 264.000 pekerja. Sementara kenaikan tenaga kerja bulan Januari dipangkas dari 239.000 pekerja menjadi 201.000 pekerja. Di sisi lain, tingkat pengangguran bertahan di level 5,5%.

Suluh bilang, tekanan terhadap dollar masih akan dirasakan dalam jangka pendek.

Analis PT SoeGee Futures, Alwy Assegaf mengatakan bahwa penguatan aussie menguat ini lebih karena faktor koreksi dollar AS. Karena jika dilihat secara fundamental tidak ada faktor yang mampu mendorong naiknya aussie.

“Pergerakan aussie sedang menanti hasil pertemuan Bank Sentral Australia (RBA) pada Selasa (7/4) mendatang,” kata Alwy. Pasalnya dalam pertemuan RBA tersebut ada peluang Australia akan kembali memangkas suku bunganya. Jelas ini menjadi sentimen negatif bagi aussie.

Namun dorongan naiknya aussie datang dari koreksi dollar AS. Pada Jumat (3/4), indeks dollar AS melemah 1% ke level 96.54 dibanding hari sebelumnya.

Pelemahan indeks dollar dikarenakan oleh rilis data nonfarm payrolls menorehkan angka negatif.

“Payroll ini besar pengaruhnya bagi dollar AS karena merupakan indikator perekonomian yang digunakan untuk menaikkan suku bunga,” kata Alwy.

Sehingga angka merah ini jelas menjadi sinyal bahwa perekonomian AS belum seperti yang diharapkan.Apalagi sudah 13 bulan berturut-turut payroll AS bergerak di kisaran lebih dari 200 ribu. Bulan Maret menjadi akhir dari angka pekerja AS yang mengesankan.

Menurut dugaan Alwy, AUD masih berpeluang untuk menguat pada Senin (6/4). “Efek buruknya payroll masih mempengaruhi,” tambahnya.

Ditambah lagi jika rilis data ISM Non-Manufacturing PMI AS bulan Maret 2015 juga menurun jadi 56,6 atau di bawah bulan sebelumnya 56,9 seperti prediksi. “Perhatian pasar masih fokus pada USD, sehingga aussie diuntungkan di sini karena bergerak mengikuti pergerakan USD saja,” papar Alwy.

Ariston Tjendra, Head of Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan, pasangan USD/JPY tak kuasa tertekan pasca data nonfarm payrolls menorehkan kinerja mengecewakan. Buruknya data tenaga kerja ini dapat menjadi pertimbangan Bank Sentral AS agar tidak terburu-buru menaikkan tingkat suku bunga.

“Angka nonfarm payrolls di bawah 200.000 pekerja patut dipertanyakan. Sebab pasar tenaga kerja ternyata belum pulih benar,” ujar Ariston. Saat ini, belum ada data ekonomi Jepang yang turut menggerakkan yen.

Editor: Yudho Winarto


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*