Data PMI China Tunjukkan Ekonomi Stabil

INILAHCOM, Beijing – Data China Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur menunjukkan sektor industri terus berkembang pada Januari 2016.

Angka ini sedikit lebih cepat dari perkiraan, karena ekonomi China menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. PMI memiliki indeks 51,3 pada bulan Januari, turun dari 51,4 pada Desember 2016. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sementara jika berada di bawah angka itu menunjukkan adanya kontraksi.

Hitungan resmi cenderung berfokus pada perusahaan yang lebih besar. China Caixin PMI, yang berfokus pada perusahaan-perusahaan yang lebuh kecil, baru akan keluar pada tanggal 3 Februari 2017 karena sampai dengan Kamis (2/2/2017) masih merayakan Tahun Baru Imlek.

PMI no-manufaktur yang melakukan survey di sektor jasa, naik ke 54.6 pada Januari dari 54.5 pada Desember 2016.

Ekonom Capital Economics’ China, Julian Evans-Pritchard mengatakan pada Rabu (1/2/2017) data manufaktur masih cukup kuat. Meskipun ada dsedikit penurunan, karena itu hanya sedikit menurun dari angka tertinggi selama dua tahun 51,7 pada November 2016.

“Rinciannya menunjukkan bahwa percepatan dalam aktivitas di sektor jasa mengimbangi perlambatan di sektor konstruksi yang telah terpukul besar oleh dinginnya pasar properti dan penurunan dukungan fiskal. Hasilnya adalah pemulihan China baru-baru ini tampaknya akan bertahan untuk saat ini,” kata Pritchard.

Dolar Australia menurun menjadi $0,7560 setelah keluarnya data dari PMI, dibanding dengan $0,7576 sebelum data dirilis. China adalah pasar utama bagi ekspor komoditi Australia. Bagaimanapun juga, tingkat mata uang juga sedikit dipengaruhi oleh kenaikan dolar Amerika.

Sedangkan data manufaktur PMI cenderung diawasi lebih ketat, poros China terhadap konsumsi domestik dan jauh dari pertumbuhan manufaktur dan investasi yang dipimpin oleh sektor jasa, yang meliputi industri seperti real estate, ritel dan rekreasi telah menjadi mayoritas ekonomi di pusat.

Hal ini juga merupakan barometer kinci dari konsumsi yang menyumbang lebih dari 50 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Hasil survey mungkin mengisyaratkan bahwa pertumbuhan ekonomi China yang stabil. Kekhawatiran telah bertahan lebih dari kesehatan ekonomi di pusat, seperti hutang sektor swasta telah melonjak bahkan sebagai jumlah pertumbuhan dari tambahan hutan yang telah menurun.

Tetapi, ekonomi dalam beberapa bulan terakhir telah menerima rangsangan dari sektor properti.

Andy Xie, ekonom dan mantan kepala ekonomi Asia Pasifik di Morgan Stanley mengatakan perekonomian China terlihat sangat jelas cukup kuat.

“Sejak pertengahan tahun lalu, ekonomi telah mengalami pemulihan yang sangat besar,” kata Xie seperti mengutip dari cnbc.com.

“Masalahnya adalah, apakah itu sehat? Sayangnya itu tidak benar karena kita melihat yuan berada di bawah tekanan dan cadangan devisa yang jatuh dan pemerintah harus menggunakan kontrol untuk menghentikan arus keluar. Saya pikir permasalahan China bukanlah pertumbuhan, melainkan kualitas dari pertumbuhannya.”

Pada bulan Januari, China melaporkan cadangan devisa turun untuk selama enam bulan pada Desember 2016, turun sebesar US$41 miliar menjadi US$3.011 triliun, angka terendah sejak 2011. Para pembuat kebijakan telah menopang kontrol modal dalam upaya untuk membendung arus keluar.

Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 6,8 persen tahun lalu di kuartal keempat, melebihi ekspektasi dan menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Untuk satu tahun penuh, perekonomian China tumbuh 6,7 persen.

Biro statistik China bulan lalu mengatakan bahwa konsumsi publik publik menyumbang 64,6 persen dari PDB pada tahun 2016, sementara konsumsi perkapita naik 8,9 persen pada 2016 ke 17.111 yuan. [hid]
    


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*