Data ekonomi China sulit mengangkat rupiah

JAKARTA. Nilai tukar rupiah diprediksi masih akan melanjutkan pelemahan di hari ketiga. Rilis data inflasi China yang diperkirakan naik belum mampu mengangkat rupiah.

Di pasar Spot, Selasa (8/12) nilai tukar rupiah tergerus 0,23% dari hari sebelumnya ke level Rp 13.893 per dollar AS. Sementara kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,11% ke level Rp 13.853 per dollar AS.

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, banyak faktor yang menjadi pemberat laju rupiah, terutama kembali solidnya dollar AS menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan.

Di samping itu, buruknya data ekonomi China turut menambah tekanan bagi rupiah. Surplus neraca perdagangan negeri Tiongkok bulan November turun menjadi 343,1 miliar yuan dari bulan sebelumnya 393,2 miliar yuan. Sedangkan cadangan devisa China turun ke level terendah sejak Februari 2013 yakni US$ 3,44 triliun. “Dari dalam negeri terjadi kegaduhan politik terkait kasus yang menimpa ketua DPR sehingga memicu ketakutan investor,” ujar Faisyal.

Data tingkat inflasi China bulan November yang akan dirilis Rabu (9/12) diprediksi naik tipis menjadi 1,4% dari sebelumnya 1,3%. Data tersebut sebenarnya bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah mengingat China adalah mitra dagang utama Indonseia. Namun, Faisyal menduga, data tersebut tak mampu mengangkat nilai tukar rupiah. Tekanan sentimen eksternal lebih besar sehingga rupiah diprediksi melanjutkan pelemahan pada Rabu (9/12).


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*