China Berpotensi Gantikan Posisi AS di Meksiko

INILAHCOM, Beijing – Sebagai imbas dari pertempuran publik dan ketegangan antara Amerika dan Meksiko, China akan muncul sebagai pemenang.

Ekonomi terbesar kedua di dunia masih mengamati dengan seksama ancaman Trump untuk merenegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan terus menekan Presiden Enrique Pena Nieto untuk membiayai biaya pembangunan tembok perbatasan. Saat ini ekonomi Meksiko sudah mengalami perlambatan dan bisa saja menjadi lebih buruk jika Trump merealisasikan kedua rencananya.  

Beberapa ahli setuju jika Meksiko harus mengurangi ketergantungannya pada mitra dagang terbesarnya. Sementara Beijing kemungkinan akan menjadi pesaing yang akan mengisi kekosongan Washington di sisi Meksiko.

“Seperti negara-negara lainnya yang masih cemas dengan ketidakpastian dari pemerintahan Trump, Meksiko akan semakin memperdalam keterlibatan China di negaranya. Beijing akan mampu meningkatkan pasar internasional untuk ekspor China dan mendiversifikasi sumber bahan baku,” Kata Shawlin Chaw, senior analis di Control Risk seperti mengutip cnbc.com.

Meksiko menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat perjanji perdagangan bilateral tertinggi di dunia dan China adalah mitra dagang terbesar ketiga di 2015 dengan ekspor ke banyak negara sebesar US$4,9 miliar menurut Bank Dunia.

Kedua negara berjanji untuk memperkuat hubungan pada pertemuan di bulan Desember dengan beberapa penawaran bisnis yang sudah berlangsung. Bahkan, Anhui Jianghuai Automobile dan Giant Motors, yang sebagian dimiliki oleh miliarder Meksiko Carlos Slim, mengumumkan pada Rabu (1/2/2017) akan mnyuntikkan dana sebesar $212.46 juta untuk produksi SUV di Hidalgo.

Dari investasi di Afrika dan Amerika Selatan, Beijing dengan hati-hati memperluas pengaruhnya di daerah yang jauh untuk memperkokoh sattusnya sebaga negara adidaya. Sejumlah sekotu Amerika telah menyatakan keprihatinannya atas kepemimpinan Trump dan China terus mencari cara untuk bergerak secara dinamis. Presiden China, Xi Jinping menekankan saat di Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang digelar di Davos, Swiss bulan lalu mengatakan negaranya siap untuk mengambil alih peran kepemimpinan dalam perdagangan internasional.

“China pasti akan mengisi kekosongan Amerika di Meksiko. Pilihan lainnya adalah Uni Eropa dan Jepang, namun Beijing adalah pilihan yang paling jelas,” kata Jonathan Bogais, profesor di University of Sidney.

Selain daya tarik di bidang ekonomi, China dan Meksiko juga menjadi sasaran awal Trump selama masa kampanyenya, yang mengatakan akan membangun tembok pembatas dengan Meksiko dan melabeli China sebagai manipulator mata uang. Namun, meskipun begitu beberapa ahli mengatakan bahwa tidak akan mudah bagi kedua negara untuk membuat perjanjian baru karena kedua negara sangan tergantung kepada manufaktur dan dibutuhkan negosiasi yang hati-hati unutk menghindari adanya tumpang-tindih.

“Tidak mungkin bahwa Meksiko akan mampu mengintegrasikan dirinya ke rantai pasokan Asia. Mengingat luasnya proteksionisme China dan nasionalisme ekonomi, Meksiko kemungkinan akan dilihat sebagai pesaing selain sebagai mitra bagi China. Selain itu Meksiko akan mengalami kerugian biaya yang berkaitan dengan pengiriman, akan lebih mudah dan murah jika menggunakan kapal di kawasan yang sama,” kaya Josef Jelinek, senior analis di China Frontier Strategy Group.

Bogais juga menyarankan salah satu kompromi yang mungkin bisa menjadi investasi China ke Meksiko, terutama di bidang infrastruktur, dengan imbalan ekspor Meksiko yang dikendalikan ke pasar China.

Selain itu, investasi China di luar negeri memiliki track record beragam, terutama di negara seperti Venezuela dan NIkaragua. Chong mengatakan bahwa sejarah bisa saja membuat Beijing lebih berhati-hati dalam berinvestasi lebih lanjut dengan Amerika Latin. [hid]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*