Calon Korban Baru Anjloknya Harga Minyak: Bank

Jakarta -Bukan hanya perusahaan-perusahaan energi yang menjadi korban dari harga minyak yang ‘terjun bebas’ dalam beberapa waktu terakhir. Perbankan juga bakal jadi korban baru.

Saat harga minyak jatuh pada 1986 silam, ratusan bank di negara bagian Texas, Amerika Serikat (AS), terpaksa tutup dan bangkrut karena negara bagian ini mengalami resesi akibat kejatuhan harga minyak. Seperti diketahui, perekonomian Texas sangat bergantung kepada minyak.

Peristiwa pada 1986 ini bisa kembali terjadi pada tahun ini. Karena harga minyak anjlok dari posisi tertingginya di Juni 2014 sekitar lebih US$ 100/barel menjadi di bawah US$ 50/barel pada awal tahun ini.

Kredit atau pinjaman lunak berbunga murah selama ini membantu bisnis shale oil di AS. Banyak perusahaan energi berlomba mencari minyak jenis shale oil ini di sejumlah tempat. Bank juga gencar membantu permodalan pencarian minyak di negara bagian AS yang kaya minyak, seperti Texas dan North Dakota. Bank-bank ini juga bakal tertimpa kondisi penurunan harga minyak saat ini.

Kegiatan pengeboran minyak menguntungkan saat harga minyak di posisi US$ 100/barel. Namun dengan kondisi harga sekarang, bisnis minyak menjadi tidak ekonomis lagi karena ongkos produksi lebih mahal daripada harga jualnya. Akibatnya, sejumlah perusahaan energi menahan bahkan menghentikan kegiatan produksinya. Ini bisa mengancam pembayaran kredit ke perbankan.

Dilansir dari CNNMoney, Senin (19/1/2015), di sejumlah wilayah lain di AS, penurunan harga minyak menguntungkan karena masyarakat bisa membeli bensin dengan harga murah dan mengurangi pengeluaran.

Tapi untuk Texas, resesi ekonomi menghantui dan memicu PHK di mana-mana. Kondisi ini juga dialami oleh negara bagian kaya minyak di AS, seperti North Dakota, Oklahoma, dan Alaska.Next

(dnl/hds)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*