Bursa Global Dalam Ancaman Banyak Risiko

INILAHCOM, London – Pasar saham dunia merosot lebih lanjut pada Senin (13/6/2016), karena kekhawatiran meningkat bahwa Inggris bisa memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dalam referendum pekan depan.

Indeks saham utama di Tokyo menukik 3,5 persen ke titik terendah dua bulan pada penutupan Senin, karena kekhawatiran atas pemungutan suara tentang keanggotaan Inggris di Uni Eropa pada 23 Juni memicu penguatan dalam mata uang “safe haven” yen, yang pada gilirannya memukul saham-saham eksportir Jepang.

Craig Erlam, analis pasar senior di kelompok perdagangan Oanda, mengatakan “risk aversion” atau penghindaran risiko terus menggerakkan pasar menjelang “sejumlah peristiwa-peristiwa risiko utama”.

“Referendum Inggris pekan depan tepat di atas daftar ini (risiko-risiko) memberikan efek destabilisasi bahwa sebuah pilihan untuk meninggalkan Uni Eropa bisa saja ada di pasar global,” katanya dalam sebuah catatan kepada investor.

Saham-saham AS diperdagangkan cukup rendah, namun saham perusahaan jaringan profesional LinkedIn melonjak hampir 48 persen di tengah berita pengambilalihan senilai 26,2 miliar dolar AS oleh Microsoft.

Indeks FTSE 100 di London berakhir 1,2 persen lebih rendah dibandingkan dengan penutupan Jumat.

Di zona euro, indeks DAX 30 di Frankfurt dan CAC 40 di Paris keduanya berakhir sekitar 1,8 persen lebih rendah. Saham-saham perbankan tertekan di Milan, di mana indeks utama ditutup turun 2,9 persen, level terendah sejak Februari.

Dalam valuta asing, pound Inggris mencapai posisi terendah dua bulan terhadap euro dan dolar. Kejatuhan terbaru pound terhadap dolar “bisa menjadi puncak gunung es” jika Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa, kata Alex Holmes, dari Capital Economics.

Sementara itu mata uang tunggal Eropa turun menjadi 119 yen, tingkat terendah sejak Februari 2013.

Tunggu pertemuan bank-bank sentral Pasar-pasar sedang cemas termasuk juga AS, menanti pertemuan bank sentral Jepang dan Inggris pekan ini, dengan para investor khawatir tentang pertumbuhan global serta kemungkinan dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa, karena jajak pendapat menunjukkan bahwa Brexit kemungkinan menjadi kenyataan.

Sedikit ekspektasi atas langkah apapun pada tingkat suku bunga Federal Reserve AS dan bank sentral Inggris, Bank of England (BoE), tapi pengamat terpecah tentang apakah bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ) akan mengumumkan stimulus.

“Peluang The Fed menaikkan suku bunga bulan ini adalah nihil pada saat ini, dengan kenaikan pada Juli terlihat kurang mungkin,” Mark Vickery, dari Zacks Investment Research, mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien. “Tapi pemungutan suara apakah Inggris akan keluar dari Uni Eropa jauh kurang menentu.” Untuk Erlam dari Oanda, risiko Brexit juga memainkan peran dalam penentuan waktu Fed. “The Fed akan bertemu pekan ini dan sementara laporan ketenagakerjaan mungkin telah memberikan mereka alasan untuk menunda menaikkan suku bunga lagi, menutup kesenjangan menjelang referendum Inggris kemungkinan alasan sebenarnya di balik penundaan itu,” katanya.

Indeks saham utama Hong Kong anjlok 2,5 persen dan Shanghai menukik 3,2 persen, sementara Seoul tenggelam 1,9 persen dan Singapura jatuh 1,6 persen.

Pada Jumat pasar Eropa merosot setelah ketua Bank Sentral Eropa Mario Draghi menyerukan tindakan untuk meningkatkan ekonomi zona euro, dalam komentar yang diambil sebagai tanda ia sedang berjuang dalam pertempuran melawan pertumbuhan lamban.

Harga minyak juga turun lagi pada Senin, sekalipun OPEC memperkirakan pengetatan lebih lanjut dalam persediaan yang dapat menyebabkan keseimbangan lebih besar antara persediaan dan permintaan minyak. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*