Bunga The Fed naik, harga logam industri variatif

JAKARTA. Aksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed mengerek suku bunga memicu penguatan indeks dollar AS. Akibatnya harga harga logam industri seperti nikel dan tembaga tergerus.

Namun, aluminium dan timah mendapatkan sentimen positif dari peningkatan kebutuhan menjelang musim dingin. Data Bloomberg pada Kamis (17/12) memperlihatkan, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menurun 0,4% dibandingkan hari sebelumnya ke US$ 4.591,5 per metrik ton.

Di saat yang sama, harga nikel koreksi sekitar 0,3% menjadi US$ 8.720 per metrik ton. Sedangkan harga timah naik 0,6% ke US$ 14.730 per metrik ton. Begitu pula dengan harga aluminium tumbuh 0,1% menjadi US$ 1.487 per metrik ton.

Pengamat Komoditas SoeGee Futures Ibrahim menjelaskan, aksi The Fed mengerek suku bunga acuan memang menjadi katalis negatif bagi komoditas, terutama tembaga dan nikel. Sebab, harga logam industri yang diperdagangkan dalam dollar AS menjadi kian mahal sehingga permintaan merosot.

Lihat saja indeks dollar AS pada Kamis (17/12) pukul 18.34 WIB terangkat 1,1% ketimbang hari sebelumnya menjadi 98,85. “Apalagi kelebihan stok tembaga dan nikel masih terjadi di negara importir karena permintaan yang relatif rendah,” jelas Ibrahim.

Perlambatan ekonomi masih melanda China dan Eropa yang merupakan konsumen komoditas terbesar di dunia. Sedangkan harga aluminium dan timah terangkat karena sentimen positif dari meningkatnya kebutuhan kedua jenis logam industri ini di akhir tahun 2015.

Banyak proyek pembangunan pemerintah yang menggeber proses penyelesaian sebelum tutup tahun. Apalagi konsumen juga menimbun stok untuk persiapan pembangunan pada musim dingin kuartal I-2016.

Sekadar informasi, aluminium digunakan untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat, jembatan, kabel, atap baja, hingga baja ringan. Sedangkan timah menjadi bahan baku pembuatan barang-barang elektronik.

Namun, Ibrahim menerawang, harga keempat logam industri tersebut bakal tergerus hingga akhir tahun 2015. Setelah realisasi rencana The Fed, pelaku pasar bakal fokus ke permintaan dan suplai komoditas.

“Perekonomian negara-negara pengguna komoditas belum pulih. Harga logam industri rentan koreksi sampai akhir tahun 2015 dan memasuki fase konsolidasi di semester I-2016,” tuturnya. Ibrahim memprediksi, harga aluminium, Jumat (18/12), akan menguat di US4 1.477-US$ 1.498 per metrik ton.

Harga timah terangkat ke posisi US$ 14.700-US$ 14.850 per metrik ton. Harga nikel terkoreksi ke US$ 8.610-US$ 8.880 per metrik ton. Adapun harga tembaga turun ke US$ 4.450-US$ 4.620 per metrik ton.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*