Bila Minyak Tetap Murah, Inilah Dilema Venezuela

INILAHCOM, New York – Untuk Venezuela yang sedang dilanda krisis, tahun baru 2017 nampak seperti biasa saja. Negara kaya minyak ini tetap diwarnai konflik sipil, kekurangan makanan dan kekurangan obat serta resesi ekonomi yang terus mencengkeram rakyatnya.

Namun ada suatu perkembangan yang menambahkan gagasan baru dalam situasi tersebut di Venezuela. Dalam sepekan ini, negara kekurangan dana sehingga harus menawarkan obligasi mencapai US$5 miliar. Langkah ini untuk pertama kalinya dalam lima tahun terkhir.

Langkah lain juga dilakukan dengan kesepakatan pemerintah untuk melego 50 saham di Citgo, anak perusahaan kilang asal AS. Saham tersebut sebagai jaminan kredit dari Rosneft. Sebuah perusahaan energi berbasis di Rusia.

The Citgo yang diagunkan tersebut ternyata bersengketa di pengadilan dengan perusahaan multinasional asal AS.

Untuk beberapa saat mungkin sebagai upaya terakhir untuk menjaga kehidupan di Caracas. Namun pengamat pasar mengatakan kembali ke aturan adalah salah satu untuk melihat beberapa alasan.

Hubungan dengan Rusia masih menjadi perdebatan dengan AS. Apalagi Venezuela juga sudah lama antipati terhadap ekonomi terbesar di dunia tersebut. Ini bisa menjadi masalah jika venezuela gagal mengelola utang dengan baik.

The Citgo dimiliki perusahaan Venezuela melalui perusahaan negara Petroleos de Venezuela (PDVSA) juga menjadi kilang utama bagi AS. Tetapi secara teori merupakan aset yang disita Rusia.

“Kalau ada yang dari rel, Rusia memanggil tune dan mengambil bagian-bagian. Rusia sangat cerdar dan tahu bagaimana struktur penawaran tersembunyi dalam kasis ini,” kata Steve Hanke, ekonom senior di Johns Hopkins dan direktur proyek mata yang bermasalah di Cato Institute seperti mengutip cnbc.com.

Untuk tahun 2017 ini bisa menjadi kejutan bagi Venezuela dengan tren kenaikan harga minyak. Pasar menunggu terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS terhadap prospek Venezuela. Kebijakan baru mungkin akan mempengaruhi kawasan Amerika Latin melalui Meksiko.

Potensinya dapat menaikkan mata uang peso di pasar valas. Ini karena pengaruh kebijakan keras Trump terhadap perdagangan dan masalah imigrasi.

Di tengah gejolak yang melanda Venezuela, Presiden Nicolas Maduro yang didukung United Socialist Party (PSUV) justru terisolasi dan kehilangan dukungan politik. Tetapi investor menilai justru akan memberikan keseimbangan antara pendukung presiden dan oposisi.

“Venezuela menuju kondisi lebih baik secara finansial dengan jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa PSUV tidak lagi menjadi partai politik  yang paling populer di negeri ini,” kata Jan Dehn, peneliri di Ashmore Group, sebuah perusahaan investasi khusus pasar negara berkembang.

“Venezuela membutuhkan pemerintahan baru untuk menurunkan dominasi PSUV dalam rezin saat ini,” lanjutnya.

Dengan melihat kebijakan pemerintah terhadap Citgo, mengisyaratkan kepada investor tentang obligasi berdenominasi dolar yang ditawarkan pemerintah dan PDVSA yang meminimalkan dampak tersebut. Demikian juga dengan dampak kebijakan Trump tidak akan membebani negara tersebut.

“Risiko eksternal yang utama adalah harga minyak karena sudah sangat tergantung dengannya. Suku bunga AS tidak terlalu berpengaruh,” katanya sambil menjelaskan harga minyak saat ini sudah di atas US$50 per barel.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*