BI Tambah Amunisi Jaga Stabilitas Jelang FOMC

INILAHCOM, Jakarta-Bank Indonesia menambah amunisi untuk menjaga stabilitas pasar finansial, menjelang kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan sebagian besar kalangan akan terjadi pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal 15-16 Desember 2015.

Gubernur BI Agus Martowardojo dalam sebuah temu akhir tahun, di Jakarta, Senin (14/12/2015), mengatakan pihaknya akan menambah “amunisi” melalui kerja sama dengan sebuah bank sentral lainnya.

“Untuk menjaga nilai tukar (rupiah) agar sesuai fundamental, terus dengan berbagai upaya lainnya, hari ini kita akan lagi tanda tangan dengan negara sahabat,” ujarnya.

Agus masih enggan menjelaskan kerja sama baru tersebut, karena menunggu kesepakatan kerja sama itu terealisasi.

Bank Indonesia sebelumnya sudah bekerja sama melalui skema bilateral currency swap agreement (BCSA) dengan beberapa negara, termasuk Tiongkok yang barus saja menambah nilai BCSA tersebut menjadi 20 miliar dolar AS dari 15 miliar dolar AS.

Salah satu fungsi kerja sama BCSA tersebut untuk menambah dukungan likuditas antarnegara.

“Kita baru akan umumkan kerja sama yang baru ini besok, Selasa (15/12/2015),” ujarnya.

Di samping kerja sama dengan bank sentral lainnya, Agus menambahkan, otoritas moneter juga memperkuat upaya untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah dan melonjaknya dana keluar jika The Fed menaikkan suku bunga.

“Kita pastikan pengelolaan Utang Luar Negeri harus hati hati, kita juga keluarkan kebijakan makro prudensial, dan pendalaman pasar keuangan,” ucapnya.

Agus mengingatkan, dengan perkiraan besar kenaikan suku bunga The Fed pada Desember 2015, penyesuaian kembali bisa saja terjadi secara bertahap pada 2016 hingga 2017.

Dia memperkirakan suku bunga The Fed akan bergerak naik mendekati 1,125 persen pada akhir 2016, sebelum menembus level 2,625 persen pada penghujung 2017.

Sebelum FOMC Desember 2015 ini, Agus menghitung, depresiasi nilai tukar sudah mencapai 12 persen.

“Karena ekonomi AS setelah tujuh tahun melakukan upaya perbaikan kelihatannya sekarang dalam kondisi yang membaik,” kata Agus.

Adapun, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat akhir pekan lalu, kembali menyentuh kisaran Rp14.000.

Pada Senin pagi ini, kurs rupiah bergerak melemah sebesar 70 poin menjadi Rp14.062.

“Walaupun kenaikan ‘Fed fund rate’ sudah diperkirakan, ketidakpastian masih menyelimuti pasar keuangan global mengenai seberapa cepat kenaikannya, jika agresif bisa memberikan efek ‘negative shock’ yang lebih hebat,” ucap Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*