BI: Sangat Mungkin Yuan Jadi Mata Uang Utama Dunia

Jakarta -Mata uang Tiongkok, yuan atau reminbi, diprediksi akan menjadi mata uang utama dunia di masa mendatang. Setidaknya hal tersebut terkonfirmasi dalam survei HSBC di 11 negara beberapa waktu yang lalu.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai memang ada peluang yang besar untuk yuan menjadi ‘raja’ mata uang dunia. Indikatornya terlihat dari posisi Tiongkok sebagai negara eksportir terkuat di dunia, dan negara ini juga memiliki produk domestik bruto (PDB) terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

“Tiongkok kan negara besar, negara dengan PDB terbesar kedua di dunia setelah AS,” kata Mirza, seperti dikutip Jumat (18/7/2014).

Di samping itu, lanjut Mirza, cadangan devisa Tiongkok juga sangat besar. Per Mei 2014, tercatat cadangan devisa Negeri Tirai Bambu mencapai US$ 3,95 triliun.

“Cadangan devisa mereka lebih dari US$ 3 triliun. Jadi memang sangat mungkin di masa depan mata uang yuan menjadi mata uang internasional,” katanya.

Seperti diketahui, Hasil survei HSBC menunjukkan bahwa ada 11 negara, misalnya Prancis dan Taiwan, yang mayoritas perusahaannya bertransaksi menggunakan mata uang yuan.

Eksportir ataupun pengusaha yang melakukan perdagangan menggunakan mata uang Tiongkok, yuan atau reminbi, merasakan keuntungan yang lebih besar dibandingkan ketika berdagang dengan mata uang lain. Ini tak lepas dari jumlah pengguna yuan yang begitu banyak terutama di Tiongkok sendiri yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia.

Survei dilakukan dengan responden 1.304 perusahaan dari berbagai negara yang melakukan bisnis dengan Tiongkok. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari 11 negara yang menjadi objek survei, yaitu Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Australia, Inggris, Jerman, Prancis, Uni Emirat Arab, Kanada, dan AS.

(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*