INILAHCOM, New York – Seperti di Indonesia, bila ada aksi mogok armada transportasi, selalu ada saja yang mengambil kesempatan. Kali ini Uber menjadi sorotan saat terjadi aksi mogok taksi di AS.
Armada taksi di AS merespon larangan perjalanan yang diberlakukan Presiden Trump dengan memberhentikan banyak supir taksi dari pekerjaannya.
Larangan perjalanan yang diberlakukan Presiden Trump adalah larangan untuk imigran yang berasal dari Suriah, Iran, Irak Libia, Somalia, Sudan, dan Yaman untuk masuk ke Amerika selama tiga bulan. Larangan ini termasuk mereka yang sudah memeliki Green Card yakni izin untuk tinggal di Amerika.
Sementara itu pengungsi dari negara-negara ini juga terkena dampaknya, yakni tidak boleh masuk ke Amerika selama 4 bulan.
Pada hari Sabtu (28/1/2017, The New York City Taxi Workers Alliance menyerukan penghentian sementara rute menuju bandara John F. Kennedy. Aliansi ini juga berusaha untuk menggalang dukungan dari para supir taksi.
Sementara para supir taksi melakukan aksinya, Uber masih tetap beroperasi ke kawasan bandara John F. Kennedy dengan tarif yang melonjak tajam. Meskipun tak berapa lama setelah itu perusahaan ini mengumumkan akan menurunkan lonjakan harga.
Namun, para pengguna yang sudah terlanjur marah mengancam untuk berhenti menggunakan Uber dan menghapus aplikasinya kemudian beralih mengggunakan pesaingnya Lyft. Meskipun CEO Uber Travis Kalanick adalah yang pertama dari Silicon Valey yang menentang perintah presidennya.
Menanggapi kontroversi ini, Uber telah mengumumkan untuk menyumbangkan dana sebesar US$3 juta untuk membantu biaya hukum yang terkait dengan perintah eksekutif tersebut.
Uber juga berjanji untuk memberikan dukungan untuk para supir taksi yang terpengaruh dengan peraturan baru Trump. Bahkan berjanji untuk mengganti upah mereka yang hilang.
Secara terpisah, Lyft mengatakan akan menyumbang US$1 juta kepada ACLU yang mempelopori tindakan hukum untuk membebaskan para imigran yang terjebak di Amerika.
—
Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal
Speak Your Mind