Banyak Hantaman, Rupiah Perkasa

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat ditutup perkasa 1,7%. Padahal, hantaman dari berbagai sentimen negatif datang bertubi-tubi. Seperti apa?

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 216 poin (1,7%) ke posisi 11.887 per dolar AS pada 4 Juli dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 27 Juni 2014 di level 12.103.

“Laju nilai tukar rupiah berada di zona hijau sepanjang pekan kemarin,” kata Reza Priyambada, analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (6/7/2014).

Menurut Reza, penguatan pada Yen dan Won di awal pekan, berimbas pada menguatnya beberapa mata uang emerging market. “Rupiah menjadi salah satu mata uang yang menguat,” ujarnya.

Yen menguat seiring masih adanya kekhawatiran akan kemungkinan kembali meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah yang meningkatkan permintaan akan mata uang save heaven. “Rilis berita mengenai inflasi dan neraca perdagangan cukup memberikan sentimen positif,” papar dia.

Ancaman Tarif Dasar Listrik (TDL) yang mulai diberlakukan 1 Juli, tampaknya sementara tak dihiraukan. “Rilis inflasi yang lebih rendah dari perkiraan meskipun terlihat lebih tinggi dari rilis sebelumnya memberikan sentimen positif tambahan bagi rupiah,” tuturnya.

Sentimen tersebut dibarengi dengan surplus neraca perdagangan di mana lebih baik dari bulan sebelumnya yang mencatatkan defisit. “Selain itu, terapresiasinya Yuan seiring rilis indeks manufaktur China turut menambah sentimen positif bagi rupiah,” ungkap dia.

Hal yang sama, kata dia, terjadi pada laju poundsterling yang terapresiasi dengan ekspektasi indeks manufakturnya akan meningkat. “Pelemahan pada yen dimanfaatkan dolar AS untuk berbalik menguat ternyata sempat berimbas negatif pada laju nilai tukar rupiah yang berbalik melemah,” papar dia.

Ditambah lagi, terdepresiasinya dolar Australia setelah merespons membesarnya defisit neraca perdagangannya sehingga turut memberikan sentimen negatif. “Di sisi lain, munculnya pemberitaan di sejumlah media bahwa akan terjadi pelemahan Rupiah bila salah satu pasangan Capres dan Cawapres menang dalam pemilu nanti membuat pasar kembali khawatir dan lebih memilih wait & see maupun menjauhi pasar,” papar Reza.

Kembali terdepresiasinya Euro seiring rilis perlambatan markit services di sejumlah wilayah Zona Euro berimbas negatif pada laju rupiah yang masih melanjutkan pelemahannya. “Oversubscribe-nya obligasi perdana Eurobond juga tidak mampu memberikan sentimen positif pada laju rupiah,” tuturnya.

Tidak ketinggalan Poundsterling pun juga terlihat melemah seiring masih adanya perlambatan sehingga dimanfaatkan dolar AS untuk melesat. “Namun demikian, laju rupiah tertolong di akhir pekan dengan penguatan sejumlah mata uang Asia,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*