Babak Belurnya Properti Dihajar Dolar AS

INILAHCOM, Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah menurunkan daya beli masyarakat yang berniat belanja sektor properti. Alhasil, pasar properti berpeluang memasuki era paceklik.

Analis Pefindo, Yogie Surya Perdana bilang, terpuruknya industri properti merupakan dampak dari pelemahan kurs rupiah. Selain pelemahan daya beli masyarakat terhadap sektor ini, biaya produksi juga mengalami kenaikan. “Biaya kontruksi naik, otomatis menaikan harga jual properti, itu berpengaruh ke daya beli masyarakat, ” katanya di Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Meski demikian, lanjut Yogie, sektor properti masih berpeluang untuk menggeliat. Tinggal menunggu gebrakan pemerintahan Joko Widodo yang berencana memberikan izin bagi warga negara asing (WNA) untuk memborong properti di tanah air.

“Kita pelajari, asing bisa beli properti, dampaknya bisa 20 persen mendongkrak pasar. Kalau asing boleh beli tanpa batas, dampaknya semakin tinggi yakni 30 persen,” kata Yogie.

Selain itu, kata Yogie, adanya rileksasi terhadap aturan Loan to Value (LTV) yang semula 30% menjadi 20%, cukup signifikan mendorong pertumbuhan sektor ini. “Kita harapkan pelonggaran LTV, KPR meningkat.Meski level kelas menengah sekarang banyak lebih menggunakan cash bertahap dalam pembelian properti, ” kata Yogie. [ipe]w


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*