Awas, masa ujian bagi emas belum berakhir

Status emas sebagai salah satu instrumen safe haven bakal kembali diuji. Dalam hitungan beberapa hari ke depan, The Federal Reserve (The Fed) bakal menentukan nasib harga si kuning menyala itu: kembali cemerlang atawa malah semakin kusam.

Pada 17 September 2015 nanti, The Fed akan kembali menjadi sorotan utama. Saat itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) ini dijadwalkan mengumumkan kebijakan suku bunganya. Spekulasi yang berkembang sebelumnya, dalam Federal Open Market Committee (FOMC) tersebut, The Fed akan megerek Federal funds rate dari level saat ini 0,25%.

Akhir dari kebijakan suku bunga rendah yang diperagakan sejak Desember 2008 itu bakal membuat dollar AS menguat terhadap mata uang utama dunia. Penguatan dollar AS akan membuat harga emas semakin sulit keluar dari tekanan.

Kalau berkaca pada data-data ekonomi terbaru Negeri Paman Sam, peluang kenaikan Fed funds rate cukup terbuka. Data-data ekonomi penting AS yang dipublikasikan pada akhir Agustus dan awal September  cenderung menunjukkan tanda-tanda perbaikan perekonomian negara adidaya tersebut.

Tengok saja data The Conference Board (CB) Consumer Confidence yang naik ke level 101,5 dari sebelumnya 91. Hasil survei terhadap 5.000 rumahtangga di AS ini jauh di atas perkiraan sebelumnya yang cuma di angka 92.8.

Defisit neraca perdagangan AS yang diumumkan 3 September 2015 diproyeksikan mencapai US$ 43,2 miliar, sedikit lebih baik dari realisasi bulan sebelumnya yang tekor US$ 43,8 miliar. Kenyataannya, Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS menyatakan, defisit neraca dagang terus menipis hingga US$ 41,9 miliar.

Sentimen negatif ditunjukkan oleh data klaim pengangguran yang meningkat menjadi 282.000 orang, jauh di atas ekspektasi  273.000 orang dan realisasi data pekan sebelumnya yang cuma 271.000 orang.

Lain halnya jika The Fed konsisten dengan sikap yang dijunjungnya sejak awal. Bahwa suku bunga baru akan dinaikkan jika tingkat inflasi jangka menengah diperkirakan bisa mencapai 2% dan angka pengangguran di bawah 6,5%.

Dari dua indikator di atas, baru tingkat pengangguran yang memenuhi ekspektasi bank sentral AS. Pada Mei 2014 lalu, untuk pertama kalinya sejak November 2008 tingkat pengangguran di AS berhasil ditekan di bawah 6,5%, tepatnya di angka 6,3%. Setelah itu, unemployment rate secara konsisten terus melandai.

Data yang dipublikasikan Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS bulan lalu memperlihatkan, tingkat pengangguran ada di level 5,3%. Terbaru, pada pengumuman 4 September 2015, angka pengangguran diproyeksikan bakal melandai ke 5,2%. Kalaupun prediksi ini meleset, tetap tidak akan melenceng dari target awal di bawah 6,5%.

Sementara untuk tingkat inflasi, pasca-September 2014 hingga saat ini, inflasi negara dengan ibukota di Washington DC  itu selalu ditahan di bawah 2%. Pada Agustus 2015 lalu, inflasi AS ada level 1,6%.

Efek ekonomi China
Masalahnya, ada faktor pelemahan ekonomi China yang berpotensi menahan rencana kenaikan Fed funds rate. Tekanan yang dialami China berpotensi merembet ke banyak negara lain termasuk AS. Inilah yang menjadi kekhawatiran pejabat The Fed dan mencuat dalam pertemuan FOMC yang berlangsung 28–29 Juli lalu.

Tanda-tanda perbaikan ekonomi Negeri Tembok Raksasa belum terlihat. Pemerintah China beberapa kali mendevaluasi yuan pada Agustus lalu untuk mendongkrak kinerja ekspornya. Faktor China inilah yang membuat spekulasi kenaikan Fed funds rate kembali bertiup. The Fed diperkirakan belum akan mengubah bunga acuan. Tapi, mereka memberikan gambaran akan ada kenaikan pada pertemuan berikutnya. “Kondisi seperti itu tetap saja positif untuk dollar AS,” kata Tonny Mariano, analis dari PT Esandar Arthamas Berjangka.

Dengan begitu, harga emas tetap di bawah tekanan. Menurut Nico Omer Jonckheere, Vice President Research & Analysis Valbury, harga emas tertekan ketika rumor soal kenaikan suku bunga AS masih berkembang. Saat keputusan kenaikan suku bunga The Fed sudah diambil, harga si kuning berkilau akan kembali mengkilap. “Dengan kata lain, sell on rumor, buy on news,” ujar Nico.

Setiap suku bunga The Fed naik, harga emas sebenarnya juga ikutan naik. Niko unjuk bukti data historis relasi pergerakan Fed funds rate dengan harga emas. Pada 1971–1974 suku bunga naik dari 4% ke 12%. Waktu itu, harga emas melonjak dari US$ 35 per troy ounce ke US$ 200. Lalu, selama 1976–1980 suku bunga naik dari 4,6% ke 19,8%, harga emas ikutan meloncat dari US$ 105 per troy ounce menuju US$ 800.

Yang menarik, sebelum periode bullish tadi, harga emas sempat terkoreksi cukup dalam. Lihat saja periode Januari 1975 sampai Agustus 1976 silam, ketika harga emas longsor hingga 47,5% dari US$ 197 per troy ounce ke US$ 103,5.

Kondisi ini mirip dengan yang terjadi saat ini. Jika dihitung dari posisi 22 Agustus 2011 saat harga emas berada di level US$ 1.995,2 per troy ounce, pada 3 September 2015 harganya sudah merosot 43,3%.

Namun, Tonny punya sudut pandang yang berbeda. Kalaupun The Fed jadi menaikkan suku bunganya pada 17 September nanti, pengaruhnya ke harga emas hanya bersifat sementara. Sentimen paling dominan yang akan memengaruhi pergerakan harga emas tetaplah persoalan permintaan.

Berdasar data World Gold Council (WGC), setelah mencapai puncaknya pada 2011 ketika permintaan terhadap emas mencapai 4.699 ton, minat terhadap si kuning menyala di tahun-tahun berikutnya mulai meluntur. Terbaru, dalam laporan tren permintaan emas kuartal II–2015, WGC menyebutkan, total permintaan di periode tersebut mencapai 915 ton atau  turun 12% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi harga, puncak kejayaan emas juga terjadi pada 2011. Di 22 Agustus, harga emas untuk pengiriman Desember 2011 di Commodity Exchange (Comex) mencapai level tertinggi sepanjang sejarah, di US$ 1.995,2 per troy ounce. Setelah itu, harganya berangsur-angsur melandai hingga ke US$ 1.132 per troy ounce pada 3 September 2015.

Permintaan melemah
Hampir senada, harga emas berdasar London Bullion Market Association (LBMA) juga mencapai puncaknya di tahun 2011, yakni pada 5 September dengan harga US$ 1.895 per troy ounce. Tapi, di 2 September 2015, harganya cuma US$ 1.137,75 per troy ounce.

Penurunan ini didorong oleh melemahnya permintaan emas perhiasan dari masyarakat India dan China, dua konsumen emas terbesar di dunia. Kedua negara ini mendominasi permintaan emas perhiasan yang mencapai total 513,5 ton.

Di China, perlambatan ekonomi dan kejatuhan bursa saham memangkas permintaan emas hingga 5% menjadi 174,4 ton. Sementara di India permintaan emas turun 23% menjadi tinggal 118 ton. Ini akibat curah hujan berlebih di kuartal I dan kekeringan di kuartal II yang berdampak pada pendapatan masyarakat pedesaan.

Ke depan, ada sentimen baik yang akan memengaruhi permintaan terhadap emas. Pada semester kedua, berbagai perayaan akan digelar di India dan berpotensi besar memicu kenaikan permintaan emas.

Misalnya saja, perayaan Raksha Bandhan pada 29 Agustus 2015, Ganesh Chaturthi pada 17 September 2015, Durga Puja pada 20 Oktober–23 Oktober 2015, dan Festival Diwali pada 11 November 2015. Belum lagi musim pernikahan masyarakat India yang memuncak di November 2015 mendatang.

Selain itu, pemilik fulus di Eropa mulai melirik emas sebagai sarana lindung nilai dari gonjang-ganjing utang Yunani. Pada kuartal II–2015, permintaan emas dari Benua Biru mencapai 61,1 ton, naik dari 53,7 ton di periode yang sama tahun lalu. Tren ini diperkirakan bakal bertahan sebelum ada kepastian soal arah pasar keuangan.

Nico optimistis, posisi harga emas akan sedikit membaik di sisa tahun ini. Paling tidak pergerakannya akan tertahan di kisaran 1.080–1.140. Tak jauh berbeda, Tonny memprediksikan harga penutupan akhir tahun ini di kisaran 1.050. Namun jika sampai tahun depan tak ada kepastian perbaikan ekonomi global, ia khawatir harga emas akan menguji level
850–900.

Menurut Nico, investor sepertinya memang harus bersiap diri menghadapi lagi satu gelombang turun, yakni di 950–1.030. “Jika panic selling, bisa sampai ke 850, walaupun saya pikir itu tidak akan terjadi,” kata Nico yakin.

Silakan hati-hati!   

Laporan Utama
Mingguan Kontan No. 49-XIX, 2015

Editor: Tri Adi.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*