Awal pekan, harga minyak masih akan turun

JAKARTA. Tingginya produksi menghempaskan harga minyak mentah WTI kembali pada level rendahnya. Ditambah tekanan dari penguatan USD, pelaku pasar menilai, harga minyak WTI masih akan dalam tren bearish.

Mengutip Bloomberg, Kamis (24/3) harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2016 di New York Merchantile Exchange menukik 0,82% ke level US$ 39,46 per barel dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah merosot 5,28% dalam sepekan terakhir.

Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka mengatakan, tekanan terbesar datang setelah lonjakan cadangan minyak mingguan Amerika Serikat. Menurut laporan Energy Information Administration (EIA) cadangan minyak AS bertambah 9,4 juta barel dibanding bulan sebelumnya yang hanya bertambah 1,3 juta barel.

“Itu membuat pasokan AS menyentuh level tertingginya dalam delapan dekade terakhir. Ini jelas buruk bagi harga,” kata Nanang.

Hal tersebut membuat stok minyak AS bertengger di level tertingginya sejak 1930 silam yakni sebanyak 532,5 juta barel. Sementara itu, di saat yang bersamaan, impor minyak mentah AS ikut melambung ke level tertingginya sejak 2013 lalu menjadi 8,38 juta barel per hari.

Tekanan besar lainnya bagi harga minyak datang dari pesimisme pelaku pasar akan pertemuan di Doha, Qatar, pada 17 April 2016 mendatang. Sebab, beberapa produsen seperti Libya, Brazil dan Argentina sudah menolak untuk ikut hadir.

“Belum ada katalis positif di pasar selain antisipasi pertemuan di Doha. Selebihnya fundamental masih akan menjadi beban bagi harga,” tutur Nanang. Maka, Senin (28/3) harga minyak WTI diprediksi akan melanjutkan tren penurunannya.

Sebab menurut Nanang, secara teknikal dengan penutupan level harga akhir pekan lalu di bawah US$ 40 per barel itu akan membuat harga terus menukik ke bawah.

“Dengan jejeran katalis negatif ini harga bisa terus menukik namun level support kuat saat ini di US$ 30 per barel, jadi belum akan nembus ke bawah itu,” proyeksi Nanang.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*