April 2014, nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,74%

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah pada April 2014 mengalami koreksi. Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, hal tersebut disebabkan pengaruh pernyataan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

“Selain itu, juga ada pengaruh kekhawatiran atas perlambatan ekonomi di Tiongkok dan eskalasi ketegangan geopolitik di perbatasan Ukraina-Rusia,” ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Kamis (8/5).

Lebih lanjut Agus mengungkapkan, pada April 2014, nilai tukar mata uang garuda ditutup di level Rp 11.562 per dolar AS. Nilai tersebut melemah 1,74% dibandingkan dengan level akhir Maret 2014.

“Secara rata-rata, rupiah pada April 2014 tercatat Rp 11.439 per dolar AS, melemah 0,17% dibandingkan bulan sebelumnya,” jelasnya.

Perkembangan nilai tukar rupiah sampai April 2014 tersebut juga diikuti dengan perkembangan positif pada struktur mikro pasar valas seperti volume transaksi valas yang meningkat dan selisih bid-ask yang menipis. Sehingga, menunjukkan kondisi pasar valas domestik yang semakin likuid.

“Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dan didukung berbagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar uang,” kata Agus.

Sebelumnya, pada triwulan I-2014, nilai tukar rupiah berada pada tren menguat. Membaiknya fundamental ekonomi yang diikuti penguatan kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) mendorong penguatan nilai tukar rupiah pada triwulan I-2014.

Pada akhir tiga bulan pertama 2014, nilai tukar mata uang garuda menguat sebesar 7,13% dibandingkan dengan level akhir 2013. Penguatan nilai tukar terutama terjadi sejak Februari 2014 sejalan dengan meningkatnya aliran masuk modal akhir.

Editor: Sanny Cicilia


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*