Apakah Penguatan Bursa Asia Dapat Bertahan?

INILAHCOM, Tokyo – Beberapa sentimen positif pada Rabu (7/12/2016) pagi telah membawa bursa saham Asia bergerak dalam penguatan.

Wall Street yang berakhir positif pada perdagangan Selasa (6/12/2016) menjadi salah satu penopang bursa Asia. Selain itu data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga Austalia yang turun tetapi indeks tetap dalam penguatan.

PDB kuartal ketiga Australia turun 0,5 persen tetapi secara tahunan naik 1,8 persen. Angka ini jauh di bawah perkiraan untuk turun 0,3 persen per kuartal dan naik 2,5 persen per tahun. Untuk kuartal kedua telah naik 0,6 persen dari perkiraan naik 0,5 persen.

Indeks ASX naik 0,6 persen dengan semua sektor naik kecuali saham sektor energi yang turun 0,8 persen seiring pelemahan harga minyak mentah di pasar global. Dolar Australia turun 0,5 persen ke US$0,7420 HK/SIN pada 08:50, seperti mengutip cnbc.com.

Indeks Nikkei 225 lebih tinggi 0,5 persen. Sementara SoftBank naik 3,7 persen setelah mendatar pada awal perdagangan. Saham SoftBank sempat terhenti dengan kelebihan order pembelian. Hal ini merespon kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS.

Trump mengumumkan perusahaan Telco dari Jepang akan menginvestasikan US$50 miliar AS. Investasi ini dapat menciptakan 50.000 pekerjaan dalam empat tahun ke depan.

Bursa Korsel dengan indeks Kospi juga naik 0,2 persen. Penguatan ditopang salah satunya saham Samsung Electronics naik 0,8 persen. Pemicunya putusan Mahkamah Agung AS tenang sengketa desain iPhone dengan Apple.

Investor juga mencermati kabar dari Reserve Bank of India tentang kebijakan baru dalam suku bunga. Saat ini suku bung aacuan India berada di 6,25 persen yang berpotensi turun ke 6 persen.

Di Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average berakhir pada rekor tinggi, naik 0,18 persen di 19.251,78. Indeks S&P 500 berakhir naik 0,34 persen pada 2.212,23. Indeks komposit Nasdaq akhirnya naik 0,45 persen pada 5.333.

Pada perdagangan Selasa di AS, harga minyak mentah tergelincir untuk pertama kalinya sejak OPEC dan Rusia sepakat untuk mengurangi produksi. Pelemahan seiring dengan data peningkatan produksi dari negara OPEC ke rekor tertinggi.

Sedangkan dalam perdagangan di Asia, minyak mentah AS naik tipis 0,1 persen ke US$50,99 per barel. Minyak jenis Brent meluncur US$1,01 atau 1,8 persen menjadi US$53,93 per barel.

Harga emas juga di bawah tekanan dengan US$1.168,93 per ounce dalam perdagangan di Asia dari US$1.172,42.

“Jelang pertemuan The Fed selalu meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga. Akibatnya investor melepas aset emasnya yang sangat rentan dengan pelemahan dengan suku bunga. Emas dan logam turun ke posisi terendah 10 per bulan di US$1.170,” kata analis di FCTM, Lukman Otunuga.

Saat ini probabilitas kenaikan suku bunga Fed di bulan Desember di 92,7 persen. 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*