Apa Langkah OPEC Setelah Kesepakatan di Wina?

INILAHCOM, New York – Analis tidak mengetahui secara persis muncul angka 1,2 juta barel per hari untuk mengurangi produksi minyak dalam pertemuan OPEC pada 30 November 2016 kemarin di Wina.

Kesepakatan untuk mengurangi produksi akan berlaku mulai semester pertama 2017. OPEC sepakat setelah 2008 silang sangat sulit. Kali ini OPEC akan komitmen untuk membatasi produksi 32,5 juta barel per hari.

Selain dengan anggota OPEC, prosuden minyak pun mulai menggalang kesepakatan dengan produsen non-OPEC. Targetnya mendapat komitmen untuk mengurangi produksi hingga 600 barel per hari. Jadi secara keseluruhan taget pengurangan produksi mencapai 1 persen secara global.

Sejak dimunculkan semangat untuk mengurangi produksi di bulan September, sudah diwarnai persaingan antara sesama anggota OPEC. Seperti halnya antara Arab Saudi dan Iran. Keduanya merupakan produsen terbesar pertama dan Iran sebagai produsen ketiga terbesar di OPEC.

Sebelum terjadi kesepakatan di Markas OPEC Rabu pekan ini, Iran selalu berpendirian tetap akan mengembalikan tingkat produksi. Artinya seperti sebelum sanksi dari Uni Eropa terkait dugaan mengembangkan senjata nuklir.

Namun dalam kesepakatan terakhir tersebut, dengan dukungan Saudi, Iran akan tetap mempertahankan produksinya saat ini. Sementara Saudi dan anggota OPEC sepakat untuk mengurangi produksi.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Indonesia mengundurkan diri dari keanggotaannya di OPEC. Hal ini memungkinkan Iran untuk mkeengatur tingkat produksi di 3,797 MMBOPD atau hampir 3 persen lebih tinggi dari 3,69 MMBOPD produksi Iran di bulan Oktober.

“Sebelumnya, kita yakin dapat mencapai keseimbangan pasar di semester kedua 2017 dan semester pertama tahun 2018,” kaa Direktur Riset dan analis pasar Wubnderlich, Art Hogan. “Saya pikir kesepakatan akan dimulai pada semester kedua tahun 2017,” jelasnya.

Salah satu perhatian utama berikutnya adalah mencermati masing-masing anggota OPEC untuk melaksanakan kesepakatan di Wina tersebut. Apalagi OPEC selama ini memiliki catatan buruk dalam kedisiplinan untuk mengurangi produksi, seperti mengutip cnbc.com.

Dalam dua tahun terakhir, OPEC terus meningkatkan produksi. Akibatnya harga minyak mentah terus melemah menjauhi angka US$50 per barel.

“Saudi biasanya memikul beban sendirian. Sisa anggota OPEC akan meprodksi pada tingkat yang sama sekarang, kecuali mungkin Irak. Tetapi kalau ada kecurangan maka saya menduka akan datang dari negara non-OPEC,” papar Hogan.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*