Aksi Ambil Untung Berlangsung Marak, Pasar Domestik Melambat

Aksi Ambil Untung Berlangsung Marak, Pasar Domestik Melambat

Aksi Ambil Untung Berlangsung Marak, Pasar Domestik MelambatFinanceroll – Pada perdagangan Jumat (3/1) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta  ditutup melemah 65 poin (0,53%) ke posisi Rp 12.215-12.230 dari posisi kemarin Rp 12.150-12.165.  Sementara laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus  69 poin ke zona merah bersamaan dengan bursa-bursa Asia lainnya. Aksi jual banyak dilakukan oleh investor domestik.

Selain itu, nilai  dolar AS mengalami penguatan signifikan semalam seiring aksi profit taking pada euro-dolar AS dan pundsterling-dolar AS. Akibatnya, penguatan dolar AS cukup kencang semalam dan berakibat negatif pada nilai tukar rupiah di perdagangan sesi pagi.

Sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya Rp 12.235 dengan level terkuat Rp 12.150 dari posisi pembukaan Rp 12.150 per dolar AS.  Kondisi itu, salah satunya dipicu oleh sektor manufaktur Inggris yang tidak sebagus prediksi. Angkanya berkurang dari 58,1 menjadi 57,3.

Pada saat yang sama, klaim tunjangan pengangguran AS turun dari 341 ribu menjadi 339 ribu sehingga memicu kejatuhan mata uang euro dan poundsterling terhadap dolar AS.  Indeks manufaktur AS sesuai prediksi memburuk dari 57,3 menjadi 57.  Secara umum, pasar lebih fokus dengan perkembangan sektor tenaga kerja AS. Sebab, kondisi tenaga kerja merupakan kunci untuk tapering Fed.

Sentimen tapering Fed terus membayangi pasar hingga kebijakan tersebut selesai akhir 2014. Tapering Fed bisa di-adjust (bisa ditambah dan dikurangi) sehingga pasar terus menyesuaikan estimasinya.  Terlebih, besok pagi, pasar akan mencermati berbagai petinggi The Fed yang akan menyampaikan pidato termasuk Gubernur The Fed Ben Bernanke.  Semuanya, akan memberikan petunjuk seberapa agresif tapering yang akan dijalankan oleh The Fed sehingga memicu kehati-hatian di pasar. Bernanke sendiri resmi pensiun pada akhir Januari 2014.

Dari Asia, rupiah mendapat takanan negatif dari indeks non manufaktur China yang turun dari 56 menjadi 54,6. Apalagi, data manufaktur China sebelumnya juga negatif dari 51,4 menjadi 51. Kondisi itu, , memberikan sinyal rapuhnya momentum pertumbuhan ekonomi China.  Mengingat China merupakan mitra dagang Indonesia, juga menggerogoti outlook ekspor Indonesia ke China sehingga jadi tekanan negatif bagi rupiah.

Dari bursa saham,  aksi ambil untung marak terjadi meski volume transaksi perdagangan cukup tipis.  Pada akhir perdagangan akhir pekan, Jumat (3/1), IHSG ditutup terjun 69,602 poin (1,61%) ke level 4.257,663. Sementara Indeks LQ45 anjlok 14,169 poin (1,96%) ke level 709,347.  Meski koreksi yang terjadi cukup tajam, tapi tidak seluruh sektor jatuh ke zona merah. Masih ada indeks sektoral yang menguat, yaitu sektor manufaktur.

Tercatat  transaksi investor asing hingga sore hari ini tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 136,76 miliar di pasar reguler dan negosiasi.  Perdagangan hari ini berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 95.618 kali pada volume 2,644 miliar lembar saham senilai Rp 3,245 triliun. Sebanyak 49 saham naik, sisanya 194 saham turun, dan 91 saham stagnan. [geng]

facebookgoogle_plusredditpinterestlinkedinmail


Sumber: http://financeroll.co.id/feed/

Speak Your Mind

*

*