Akhir Tahun, Dolar AS Bisa Naik ke Rp 14.000

Jakarta -Dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa terhadap hampir seluruh mata uang di dunia, termasuk rupiah. Akhir pekan lalu, dolar sudah menyentuh level Rp 13.800, dan hingga akhir tahun diproyeksikan dolar bergerak ke level Rp 14.000.

Kepala Ekonom PT Maybank‎ Indonesia Tbk Juniman menilai penguatan dolar bisa seperti saat periode September 2015, yakni dengan posisi tertinggi Rp 14.650.

“Rupiah masih dalam tekanan. Sampai akhir tahun sampai di sekitar Rp14 ribuan. Jadi keliatannya, kalau September lalu paling rentan kan sampai Rp 14.650, nanti dimungkinkan akan mencapai angka itu lagi,” ungkapnya kepada detikFinance, Minggu (29/11/2015)

Hal tersebut dipicu oleh dua faktor. Pertama adalah faktor global yang datang dari kebijakan moneter AS. Pada pertengahan Desember 2015, akan kembali dilangsungkan pertemuan FOMC untuk memutuskan suku bunga acuan AS.

Dari data perekonomian AS, khususnya terkait inflasi dan pengangguran yang semakin membaik dan pernyataan beberapa petinggi Bank Sentral AS Federal Reserve‎ (The Fed), banyak analis yang mengindikasikan keputusan FOMC mengarah ke kenaikan suku bunga.

“Pertama adalah faktor global makin dekat FOMC yang direncanakan 15-16 Desember dan perbaikan dari data-data ekonomi AS yang membuat indeks dolar sudah menguat atas semua mata uang,” jelasnya.

Kedua adalah‎ dari faktor dalam negeri. Struktur fundamental perekonomian Indonesia memang sudah jauh mengalami perbaikan. Misalnya inflasi yang terjaga sesuai asumsi pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Selanjutnya defisit transaksi berjalan (current account deficit /CAD) yang diperkirakan terjaga di level 2% terhadap PDB.

Namun, persoalannya di akhir tahun ada kegiatan rutin yang banyak dilakukan perusahaan besar. Seperti pembayaran cicilan utang, deviden dan impor minyak. Di mana menyedot peredaran dolar AS di dalam negeri cukup tinggi dan mendorong pelemahan rupiah.

“Ini berkaitan dengan musiman. End year demand cukup besar untuk utang, deviden dan untuk pembayaran impor BBM untuk pertamina. Apalagi seperti tahun-tahun sebelumnya permintaan impor akan tinggi untuk mengamankan stok BBM,” tukasnya.

(ang/mkl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*