Akhir Pekan, Rupiah Cenderung Menguat

Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Rupiah Indonesia pada 15 Desember merosot ke tingkat terendah terhadap dolar sejak krisis keuangan Asia 16 tahun yang lalu, karena pasar negara berkembang terpukul seiring kemajuan perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Adek Berry/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta – Kurs rupiah terhadap dolar Amerika terus menguat setelah bank sentral Amerika (The Fed) memberi sinyal pelunakan kebijakan moneter (dovish). Pernyataan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga secara agresif membuat dolar melemah.

Pada Jumat tengah hari, 19 Desember 2014, rupiah berada di level 12.532,5 per dolar atau menguat 30 poin (0,24 persen) dari penutupan perdagangan sebelumnya. Penguatan rupiah sejalan dengan mata uang regional lainnya. Rupee naik 0,18 persen ke level 62,99 per dolar, sementara Baht beranjak 0,09 persen pada level 32,83 per dolar.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan selain masih ditopang intervensi Bank Indonesia (BI) penguatan rupiah lebih dipengaruhi hasil pertemuan rutin The Fed (FOMC Meeting). “Pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen yang pesimistis terhadap kinerja perekonomian AS, membantu penguatan rupiah,” kata dia.

Sebagaimana diketahui, dalam dua hari terakhir BI aktif membeli surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. Langkah itu, kata Rangga, akan membuat penguatan rupiah terjaga. (Baca: Tahan Dolar, Indonesia dan Cina Kuras Devisa.)

MEGEL JEKSON

Berita Terpopuler
Dihujat FPI Soal Natal, Jokowi Dibela Ketua NU
Kisah Ahok dan Keluarga Saat Diancam Preman Pluit
Deddy Mizwar Pejabat Tajir, Punya Rekening Gendut
Pilot Dimaki Dhani, Garuda: Baru Pertama Terjadi


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*