Agus Marto: Tugas Menjaga Kestabilan Nasional Makin Menantang

Jakarta -Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowadojo mengatakan dinamika ekonomi global ke depan masih akan diliputi berbagai tantangan terutama ketidakstabilan dan penantian keputusan The Fed menaikkan suku bunga. Pelambatan ekonomi RI diproyeksi masih berlanjut seiring kebijakan China mendevaluasi nilai mata uangnya dan tetap membatasi impor komoditi.

“Penyusunan kebijakan untuk menjaga stabilitas keuangan menjadi bagian pelaksanaan tugas BI mengenai macro confidential. Assesment tersebut mencakup sumber mengidentifikasi kerentanan dan ketidakseimbangan sistem keuangan yang bisa dijumpai di pasar keuangan, korporasi, rumah tangga, perbankan dan lembaga non bank,” kata Agus ditemui dalam Peluncuran Buku dan Diskusi Kajian Stabilitas Keuangan No. 25 tahin 2015 di Auditorium Bank Indonesia, Kamis (10/12/2015).

Menjaga stabilisasi keuangan, kata Agus Msrtowardojo, sangat penting bagi BI. Apalagi dinamika keuangan global masih terus diliputi kondisi ketidakstabilan.

“Tugas menjaga kestabilan nasional akan semakin menantang. Kajian-kajian akan sangat bermanfaat memberi masukan mengambil kebijakan ke depan. Ke depan kondisi keuangan masih diliputi tantangan baik global maupun domestik. Pemulihan kondisi global dihadapkan pada penurunan harga komoditas dan arus investasi yang mengalir ke negara berkembang, menjadi tantangan tersendiri,” jelas Agus.

Fakta saat ini, menurut Agus, menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) berjalan tapi masih di bawah proyeksi. Perkembangan ekonomi China pun masih terus melemah.

“Pemelahan China berpengaruh terjadap harga komoditas dunia termasuk komoditas ekspor Indonesia,” tambahnya.

Dalam situasi saat ini, kata Agus, BI berupaya menjaga inflasi tetap sesuai target. Berbagai upaya menjaga kestabilan keuangan negara dilakukan tidak hanya oleh Indonesia. Akibat kondisi ekonomi negara-negara maju turut terdampak kondisi ketidakstabilan global, Agus mencermati adanya pergeseran aliran dana ke negara-negara ‘aman’.

“Jepang mencegah devaluasi tidak hanya kuantitatif tapi juga kualitatif. Kita pahami negara berkembang pertumbuhan ekonominya saat ini cenderung melemah. Perkembangan ekonomi dunia melemah dan negara berkembang ikut melemah. Belakangan tercipta suatu pergeseran aliran dana dari negara maju ke save hafen country,” terang Agus.

Indonesia, lanjut Agus, menjadi salah satu negara yang menikmati pergeseran aliran dana tersebut. “Sepanjang 2015 sampai sekarang sebetulnya di Indonesia masih ada aliran masuk netto. Meskipun di pasar modal dapat tekanan besar sehingga tetap terjadi outflow,” imbuhnya.

(ang/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*