Ada 'Perang' Minyak Antara AS dan Arab Saudi

Jakarta -Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi harga minyak akan terus anjlok, bila melihat sikap Arab Saudi yang terus membanjiri pasar minyak dunia.

Sikap Arab Saudi ini untuk mematikan bisnis shale gas dan shale oil di Amerika Serikat (AS).

“Saya baru pulang dari Timur Tengah. Arab Saudi nih yang selalu bikin harga minyak seperti ini (anjlok). Dia ingin menyaingi Rusia agar dia menyerah. Satu lagi Amerika Serikat, agar (proyek) shale gas dan oil (di AS) mati,” ujar Bambang di acara diskusi ‘Energi Sebagai Modal Pembangunan’ di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Harga minyak dunia saat ini terus anjlok, tahun lalu stabil di atas US$ 100 per barel, saat ini anjlok di level US$ 40-45 per barel.

Namun, ‘perang’ minyak ini menimbulkan risiko sendiri bagi Arab Saudi, karena tahun ini APBN Arab Saudi sudah defisit 20%.

“Saudi mulai cari uang melalui market (pasar uang). Sekarang Saudi mengeliat, dia akan kolaps (bangkrut), makanya dia cari uang dari market,” katanya.

Cerita lainnya ketika Bambang mengunjungi Qatar. Negara tersebut merupakan salah satu eksportir terbesar di dunia. Dana yang didapat dari penjualan minyaknya menjadi sumber APBN untuk membiayai kebutuhan pembangunan negaranya.

“Hal ini sulit dilakukan Indonesia, di tengah produksi minyak yang terus menurun, kebutuhan/konsumsi minyak di Indonesia terus meningkat, penduduknya terus bertambah, beda dengan negara seperti Qatar yang penduduknya kecil tapi produksi minyaknya besar, maknya kemanpuan ekspornya besar,” tutup Bambang.

(rrd/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*