2017 Tahun Suram, Data Ekonomi Cina Di-Mark Up?

INILAHCOM, Cina – Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Cina mengalami perlambatan luar biasa hebat. Bahkan terendah dalam 25 tahun terakhir. Bagaimana tahun ini?

Tahun ini, seperti dikutip dari CNN.com, pertumbuhan ekonomi di negeri Tirai Bambu itu, diprediksi sulit bergerak. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Cina memang terbesar kedua di dunia, sebesar 6.7%. Namun, masih lebih rendah ketimbang 2015 sebesar 6,9%.

Penurunan ini, memang sudah diprediksi oleh pemerintah Cina. Bahkan ekonomi Cina sempat jatuh, dan menimbulkan kepanikan di pasar global.

Pada kuartal keempat-2016, perekonomian Cina tumbuh 6,8%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebagian besar ekonom yang disurvei CNNMoney, sebesar 6,7%.

Selama 2016, pemerintah Cina berupaya keras untuk mempertahankan perekonomian. Hasilnya, lumayan juga. Investasi publik di bidang properti, tumbuh pesat. Arus kredit perbankan melonjak, meskipun telah ada peringatan berulang kali tentang kekhawatiran negara terhadap utang perusahaan atau swasta.

Pakar ekonomi Cina Julian Evans-Pritchard, mengulas soal tingginya pertumbuhan ekonomi di keempat-2016 sebesar 6,8%. Di mana, capaian perekonomian di kuartal ini, berhasil mematahkan pertumbuhan ekonomi di tiga kuartal sebelumnya.

Hanya saja, data tersebut diragukan akurasinya. “Cina nyaris menghindari pencatatan empat kuartal berturut-turut mengenai pertumbuhan ekonomi yang stabil, yang akan menjadi yang pertama bagi ekonomi besar di zaman modern ini dan bisa saja melemahkan kredibilitas data,” kata Julian.

Kredibilitas data ekonomi Cina, semakin diragukan dunia manakala gubernur dari salah satu provinsi industrial Cina, mengaku adanya kekeliruan fatal. Bahwa data ekonomi sengaja dikerek selama bertahun-tahun.

Adanya pengawasan ketat di pasar properti di kota-kota besar, diharapkan dapat menimbulkan ceruk dalam pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, bank sentral Cina, mengalami kerugian hingga ratusan milar dolar, saat mencoba menopang yuan yang berada di bawah tekanan besar.

Julian mengatakan, pemerintah Cina tidak bisa lagi mengulang cara seperti 2016. Alhasil, pertumbuhan ekonomi Cina diprediksi turun menjadi 6,5%.

Yang menjadi tanda tanya besar adalah kebijakan Donald Trump, Presiden AS terpilih. Di mana, Trump sejak awal sudah meneriakkan seruan perang dagang dengan Cina. tentu saja, hal ini akan merugikan tak hanya kedua negara. Perekonomian dunia termasuk Indonesia pasti akan merasakan dampaknya. [ipe]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*