2016, UNSP Kantongi Penjualan Rp1,57 Triliun

INILAHCOM, Jakarta – PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan nilai penjualan sebesar Rp 1,57 triliun di sepanjang tahun 2016 seperti pada laporan keuangan 31 Desember 2016 yang dirilis Kamis (4/5/2017).

Penjualan tersebut ditopang oleh komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp1,15 triliun dan komoditas karet Rp419 miliar.

Perseroan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet. Hal itu dilakukan di tengah diskon harga jual CPO (Crude Palm Oil) domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah yang memungut US$50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional.

Begitu juga dengan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrem di mana udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.

El-Nino

Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto mengatakan, pihaknya bekerja keras dengan sebaik-baiknya mengatasi kondisi air di kebun akibat cuaca ekstrim El-Nino tahun lalu. Tujuannya untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet.

Sesuai siklus tahunan, peningkatan produksi sawit mulai terlihat di kuartal III-2016 dan penurunan produksi sawit inti perseroan sepanjang 2016 akibat El-Nino sesuai rata-rata nasional 10%.

Gross Profit Margin disepanjang 2016 membaik ke 30,4% dari 25,6% di 2015. Optimalisasi produktivitas pabrik juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka”, kata Andi.

Menurut dia, harga komoditas sawit utama yaitu CPO membaik dari level bulanan terendah US$530 per ton FOB Malaysia di Januari ke level tertinggi US$710 di Desember 2016.

Lebih lanjut, Andi menyebut, kondisi El-Nino di tahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun 2016. Kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO di semester kedua 2016.

Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund sebesar US$50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.

Pajak Ekspor CPO yang kembali dipungut pemerintah pada Oktober-November 2016 lalu, juga menambah diskon harga jual CPO dan FFB domestik yang diterima Perseroan dan petani.

Sustainability dan Amnesti Pajak

“Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan, diantaranya kebijakan “zero-burning” (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan. Perseroan juga mendukung dan berpartisipasi mengikuti program Tax Amnesty,” paparnya.

Sementara itu, perbaikan struktur permodalan dan produktivitas dilakukan melalui reverse stock. “Kami bersyukur pada Rapat Umum Pemegang Saham – Luar Biasa Ketiga 20 Februari 2017 lalu pemegang saham menyetujui Perseroan melakukan reverse stock (penggabungan saham) yang dibutuhkan untuk keberhasilan restrukturisasi hutang dan perbaikan fundamental yang diharapkan dapat meningkatkan lagi nilai Perseroan dan pemegang saham,” kata Andi.

“Dengan disetujuinya reverse stock, kami dapat segera melanjutkan dengan proses restrukturisasi hutang yang memberikan dampak positif berkurangnya beban keuangan, memperkuat arus kas operasional, dan lebih sehatnya struktur permodalan Perseroan. Lebih banyaknya ketersediaan dana untuk kegiatan operasional kebun dan pabrik, tentu akan meningkatkan lagi produksi sawit dan karet Perseroan,” papar dia.

Bibit Unggul Solusi Moratorium Sawit

Perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.

Saat ini dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektar, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun, dengan bibit unggul maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program replanting.

Produktivitas bibit unggul perseroan bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektar dan ekstraksi CPO nya 23%, atau sekitar 8 ton CPO per hektar per tahun, sesuai hasil lapangan bibit unggul Perseroan yang sudah disertifikasi. Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional.

Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertanaman sawit nasional kurang lebih 4 juta hektar adalah kunci produktivitas berkelanjutan sawit sebagai komoditas strategis nasional.

Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang.

“Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, kami akan lanjutkan dengan langkah konkrit peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan. Kami optimis, dalam jangka menengah dan panjang nanti perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*