‎3 Negara Ini Paling Berisiko atas Kenaikan Suku Bunga AS

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Bagi beberapa negara, keputusan ini akan menyakitkan.

Kenaikan suku bunga The Fed akan berdampak pada ekonomi global, tapi banyak negara berkembang memiliki alasan khawatir berlebih yang masuk akal. Pasalnya pemerintah dan perusahaan di negara berkembang meminjam banyak uang dalam bentuk dolar AS selama dekade terakhir karena harganya yang sangat rendah.

Investor senang  menempatkan uang mereka ke negara-negara seperti Turki, Malaysia dan Amerika Latin dengan harapan mendapatkan aliran keuntungan.

Sekitar 1 triliun dolar AS ditarik dari pasar negara berkembang antara Juli 2014 hingga Agustus 2015. Mereka pun merasakan ketegangan dolar AS yang lebih kuat, harga komoditas rendah, dan perlambatan ekonomi Cina.

Berikut adalah tiga negara yang paling berisiko akibat kenaikan suku bunga The Fed:

1. Brasil

Negara ini berada dalam krisis ekonomi mendalam. Ekonominya menciut sebesar 1,7 persen pada kuartal ketiga, mata uangnya (rial) telah kehilangan 31 persen terhadap nilai tukar dolar AS tahun ini, dan inflasi berada pada tingkat tinggi selama 12 tahun terakhir.

Fanthom Consulting mengatakan Brasil adalah negara paling rentan dari semua pasar negara berkembang. Brasil memiliki utang dalam mata uang dolar AS terbesar kedua di dunia setelah Cina. Brasil meminjam miliaran dolar AS selama satu dekade terakhir dan mungkin tidak akan mampu membayar utang-utang jika nilai tukar dolar AS sangat menguat terhadap rial.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*