Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang

Banyak faktor yang menentukan nilai tukar, dan semuanya berhubungan dengan hubungan perdagangan antara kedua negara. Perlu diketaui bahwa nilai tukar bersifat relatif, dan dinyatakan sebagai perbandingan dari mata uang dua negara. Berikut ini adalah beberapa faktor penentu utama nilai tukar antara dua negara.  Faktor-faktor yang disebutkan berikut tidak dalam urutan tertentu (acak).

  1. Perbedaan Inflasi

Aturan umumnya, sebuah negara dengan tingkat inflasi yang secara konsisten nilainya lebih rendah menunjukkan nilai mata uang yang sedang meningkat, hal ini dikarenakan daya belinya meningkat secara relatif terhadap mata uang lainnya. Selama paruh  terakhir abad ke-20, negara-negara dengan inflasi rendah adalah termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan AS dan Kanada mencapai inflasi yang rendah hanya baru-baru ini. Negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya mengalami depresiasi pada mata uang mereka yang berkaitan dengan mata uang mitra dagang mereka. Hal ini juga biasanya disertai dengan suku bunga yang lebih tinggi.

  1. Perbedaan Suku Bunga

Suku Bunga, inflasi dan nilai tukar saling berkorelasi. Dengan memanipulasi suku bunga, bank sentral memberikan pengaruh terhadap  inflasi dan nilai tukar, dan mengubah suku bunga memberikan dampak inflasi dan nilai mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan kreditur ekonomi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Oleh karena itu, suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik modal asing dan menyebabkan nilai tukar naik. Dampak dari suku bunga yang lebih tinggi bisa hilang, namun hanya jika inflasi di negara tersebut jauh lebih tinggi dari pada negara lain, atau jika faktor tambahan berfungsi untuk mendorong mata uang turun. Kebalikannya, suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar.

  1. Defisit Neraca Akun

Neraca akun yang dimaksudkan disini adalah neraca perdagangan antara negara dan mitra dagangnya, yang mencerminkan semua pembayaran antar negara untuk barang, jasa, bunga dan dividen. Defisit di neraca akun yang masih berjalan menunjukkan bahwa negara tersebut  menghabiskan lebih banyak dana untuk perdagangan asing daripada nilai yang dihasilkan, dan bahwa artinya negara tersebut meminjam modal dari luar negeri untuk mengganti deficit.  Dengan kata lain, negara membutuhkan mata uang asing lebih dari yang diterimanya melalui penjualan ekspor, dan memasok lebih dari mata uang sendiri dari permintaan asing untuk produk-produknya. Kelebihan permintaan untuk mata uang asing menurunkan nilai tukar negara tersebut sehingga barang dan jasa domestik cukup murah untuk orang asing, dan aset asing terlalu mahal untuk dijual secara domestik.

  1. Utang Publik

Negara akan terlibat dalam pembiayaan defisit besar-besaran untuk membayar proyek-proyek sektor publik dan pendanaan pemerintah. Sementara aktivitas seperti itu justru merangsang ekonomi domestik, negara-negara dengan defisit dan utang publik besar kurang menarik bagi investor asing. Alasannya? Karena hutang yang besar akan mendorong inflasi, dan jika inflasi tinggi, utang akhirnya terbayar dengan dolar riil yang lebih murah di masa depan.

Dalam skenario terburuk, pemerintah bisa saja mencetak uang untuk membayar sebagian dari hutang yang besar tersebut, tetapi meningkatkan jumlah uang yang beredar pasti akan menyebabkan inflasi. Selain itu, jika pemerintah tidak dapat mengatasi deficit  tersebut melalui penjualan domestik (menjual obligasi dalam negeri, meningkatkan suplai uang), maka negara harus meningkatkan pasokan surat berharga untuk dijual ke pasar asing, sehingga hal ini dapat menurunkan harga mereka. Akhirnya, hutang yang besar dapat membuktikan kekhawatiran bagi investor asing. Investor asing akan kurang bersedia untuk memiliki asset  dalam mata uang yang beresiko default besar. Untuk alasan ini, peringkat utang negara (sebagaimana ditentukan oleh Moody atau Standard & Poor, misalnya) adalah penentu penting dari nilai tukarnya.

  1. Terms of Trade

Rasio perbandingan antara harga ekspor dan harga impor, kondisi perdagangan tersebut terkait dengan giro dan neraca pembayaran. Jika harga ekspor suatu negara meningkat dengan tingkat yang lebih besar daripada impor, artinya terms of trade nya mengalami kenaikan. Meningkatkan terms of trade menunjukkan permintaan yang lebih besar untuk ekspor negara itu. Hal ini menyebabkan meningkatnya pendapatan dari ekspor, yang menyebabkan meningkatnya permintaan mata uang negara (dan peningkatan nilai mata uang) tersebut. Jika harga ekspor naik dengan tingkat yang lebih kecil daripada impornya, nilai mata uang akan menurun dalam hubungannya dengan mitra dagangnya.

  1. Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi

Investor asing mau tidak mau mencari negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang kuat untuk menanamkan modalnya. Negara dengan atribut positif seperti itu akan menarik dana investasi dari negara-negara lain yang dianggap memiliki risiko yang lebih terkait dengan politik dan ekonomi. kekacauan politik, misalnya, dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan di mata uang dan pergerakan modal untuk mata uang dari negara-negara yang lebih stabil.

(tr)

Speak Your Mind

*

*