Yuan rontok dihadapan mata uang Asia

JAKARTA. Keputusan People’s Bank of China (PBOC) untuk melakukan devaluasi yuan hingga ke level terendahnya sejak tiga tahun terakhir merobohkan kekuatan mata uang Negeri Tirai Bambu ini. Efeknya, mayoritas mata uang Asia mengungguli yuan di perdagangan Selasa (11/8).

Mengutip Bloomberg, Selasa (11/8) pukul 13.20 WIB, pasangan CNY/PHP merosot paling tajam sebesar 1,79% ke level 7,25 dibanding hari sebelumnya. Diikuti oleh CNY/HKD turun 1,78% di level 1,2266, CNY/JPY merosot 1,71% ke level 19,73, lalu CNY/IDR turun 1,55% ke level 2.148, pairing CNY/INR juga tergelincir 1,37% di level 10,14.

Belum berhenti disitu, pasangan CNY/THB juga turun 1,09% ke level 5,5891, diikuti CNY/MYR 0,88% di level 0,6283, pairing CNY/SGD juga melorot 0,49% ke level 0,2214 serta CNY/KRW turun 0,44% di level 186, 48 dibanding hari sebelumnya.

Suluh Adil Wicaksono, Analis PT Millenium Penata Futures menjelaskan yang terjadi saat ini pada yuan memang disengaja oleh PBOC. Aksi devaluasi ini dilakukan menyusul upaya pemerintahan China untuk kembali menggenjot ekspornya.

Hanya pasangan CNY/TWD yang masih bertahan unggul 0,45% di level 5,0977. “Kalau masih menguat terhadap Taiwan dollar itu hanya sementara, penguatan teknikal saja,” kata Suluh menjelaskan. Karena hampir dipastikan tidak ada faktor fundamental yang saat ini bisa mendongkrak posisi yuan.

Pada Selasa (11/8) PBOC memangkas nilai yuan sebesar 1,9%. “Ini upaya pemerintah China untuk membuat yuan tetap kompetitif di pasar,” kata Suluh.

Pasalnya, selama ini memang posisi yuan berada di level tinggi. Tingginya valuasi yuan memicu tekanan besar bagi ekspor China. Lihat saja, ekspor China Juli 2015 ambruk 8,3% sejak awal tahun 2015 atau berada di bawah ekspektasi pasar yakni hanya turun 1,5%.

Tom Orlik, Chief Asia Economist seperti dikutip dari Bloomberg Selasa (11/8) mengatakan, bahwa depresiasi yuan 1% pada pertukaran mata uang akan menggenjot ekspor tumbuh 1%. Pada waktu yang sama penurunan posisi USD/CNY sebesar 1% akan memicu aliran capital outflow sebesar US$ 40 miliar.

Meski yuan melemah di hadapan mata uang Asia lainnya, efek terbesar pelemahan yuan ternyata justru dirasakan oleh AUD. Tercatat AUD kehilangan kekuatannya di pasar mata uang global. Pasangan AUD/USD merosot tajam 1,28% ke level 0,7318 Selasa (11/8) 14.05 WIB siang.

Namun Suluh menduga pelemahan yuan ini tidak akan berlangsung lama. Akhir tahun peluang yuan untuk unggul kembali masih ada. “Sekarang yang menjadi perhatian utama pasar itu tanggal 20 Oktober 2015,” ujarnya.

Sebabnya, International Monetary Fund (IMF) akan mengumumkan apakah Yuan akan menjadi mata uang internasional seperti USD atau tidak. Jika nantinya Yuan menjadi mata uang internasional bisa dipastikan valuasi yuan akan kembali melambung.

“Pelaku pasar seharusnya mengambil posisi untuk mengoleksi yuan sekarang ini,” saran Suluh. Selain memang harus menanti kebijakan PBOC lainnya yang akan menyusul.

Editor: Havid Vebri


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*