Yuan Melemah Kedua Kalinya, Pembukaan Bursa Eropa Terimbas

Hong Kong – Bursa saham Asia dan mata uang di emerging market (negara berkembang) jatuh pada perdagangan Rabu (12/8). Hal yang sama terjadi pada harga komoditas setelah Tiongkok membiarkan yuan jatuh untuk hari kedua berturut-turut.

Di Eropa, pada pukul 14.25 WIB atau Rabu pagi waktu London bursa saham Inggris FTSE 100 dibuka melemah 0,6 persen, bursa DAX Jerman turun 0,9 persen, bursa saham Prancis CAC 40 jatuh 0,6 persen pada pembukaan.

Bank Rakyat Tiongkok (Peopel Bank of China/PBOC) Rabu mengatur tingkat titik tengah yuan (midpoint) melemah dari harga pasar dibandingkan penutupan Selasa. Sebelumnya mata uang yuan turun tajam setelah Tiongkok melakukan devaluasi hampir 2 persen.

Yuan kembali turun lagi setelah Beijing merilis data investasi Juli. Departemen Keuangan Tiongkok, Rabu (12/8) menyatakan, pendapatan fiskal pada bulan Juli 2015 naik 12,5 persen dibandingan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year). Sementara pengeluaran fiskal bulan Juli tahun ini menguat 24,1 persen.

Diketahui, mata uang yuan terhadap dolar berada di titik tengah 6.4275 atau melemah dari 6.4398 pada pukul 05.45 GMT.

Bank sentral Tiongkok sebelumnya melakukan perubahan mata uang sebagai bentuk reformasi pasar bebas. Para ekonom menyatakan, pelemahan nilai tukar yuan ditujukan untuk membuat ekspor Tiongkok yang sedang tertekan lebih kompetitif.

Pelemahan yuan – sekitar 4 persen dalam dua hari terakhir – memukul aset berisiko global termasuk pasar saham, mata uang dan komoditas. Para manajer investasi menyatakan, hal tersebut bisa memicu perang mata uang yang akan mengguncang perekonomian global.

Indeks Asia Pasifik di luar Jepang, MSCI index turun 2,1 persen atau memasuki level terendah dua tahun. Bursa saham dari Australia hingga Singapura saat ini berada dalam zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang hari ini ditutup turun 327,98 (1,58 persen) ke posisi 20.392, Shanghai SE composite di Tiongkok ditutup melemah 41,59 (1,06 persen) mencapai 3.886,32, indeks Hang Seng di Hong Kong tergerus 594,70 (2,43 persen) mencapai 23.903.

Adapun Kospi di Korea Selatan berkurang 11,18 (0,56 prsen) mencapai 1.975 dan Strait Times Singapura tergerus 89,92 (2,85 persen) mencapai 3.063,14.

“Pergerakan mata uang Tiongkok membuat investor melepas aset berisiko seperti pasar saham dan komoditas,” kata Head of Asian Fixed Income Schroders, Rajeev De Mello, di Singapura yang mengelola dana US$ 10 miliar.

Dia mengatakan, meski terlalu dini untuk menyatakan bahwa hal ini adalah awal devaluasi yuan yang berkelanjutan, namun bank sentral di negara berkembang terpaksa mengikuti langkah itu sehingga memicu era baru pelemahan mata uang di dunia.

Di Wall Street, Dow turun 1,2 persen dan S&P 500 turun 1 persen sebagai dampak devaluasi mata uang Tiongkok yuan pada Selasa. Kondisi ini memukul perusahaan-perusahaan di AS dengan eksposur di Tiongkok seperti Apple Inc dan Caterpillar Inc. Banyak perusahaan AS telah melaporkan penjualannya melambat di Tiongkok, termasuk produsen mobil asal Jerman.

Di sisi lain, mata uang emerging market mulai dari Indonesia hingga Brasil terhempas karena investor khawatir bank sentral di seluruh dunia segera melemahkan mata uang mereka menanggapi langkah Tiongkok.

Minyak mentah AS WTI turun lebih dari 4 persen semalam ke level terendah enam tahun sebelum akhirnya ditutup turun 1,1 persen menjadi US$ 43,57 per barel. Tembaga dan aluminium juga mencapai posisi terendah dalam enam tahun pada Selasa. Kebijakan Tiongkok mendevaluasi mata uangnya memicu kekhawatiran melimpahnya aluminium dan meningkatkan biaya komoditas logam atas konsumen dunia.

Whisnu Bagus Prasetyo/WBP

Reuters


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*