Yuan Jadi Mata Uang Internasional, Tom Lembong: Dampaknya Positif

Jakarta -Yuan atau renminbi (RMB) telah diterima oleh IMF sebagai bagian dari keranjang mata uang internasional atau Special Drawing Rights (SDR). Yuan secara resmi akan menjadi anggota dari SDR pada 1 Oktober 2016.

‎Penetapan mata uang China, yaitu yuan alias renminbi menjadi mata uang internasional ke-5 selain dolar, euro, poundsterling, dan yen. Masuknya yuan dalam SDR diyakini oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Tom Lembong bakal berdampak positif bagi Indonesia.

Alasannya karena impor terbesar Indonesia berasal dari China. Jika Indonesia banyak menggunakan RMB untuk impor barang-barang dari China, otomatis China juga akan banyak menggunakan rupiah. Rupiah yang dipegang oleh China ini tentu harus digunakan untuk sesuatu, misalnya untuk membeli barang-barang atau berinvestasi di Indonesia.

Dengan demikian, penetapan RMB menjadi mata uang internasional secara tidak langsung dalam jangka menengah dan panjang akan mendorong investasi China ke Indonesia.

“Harusnya berdampak positif, kalau kita lebih banyak menggunakan RMB, maka China juga lebih banyak menggunakan rupiah, rupiah kan harus dia pakai buat sesuatu. Jadi dalam jangka menengah panjang itu menggenjot investasi China ke Indonesia,” ‎kata Lembong usai Apindo CEO’s Gathering di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (7/12/2015).

‎Di samping itu, penggunaan RMB akan mengurangi permintaan terhadap dolar. ‘Penghematan’ dolar tersebut tentu berdampak bagus terhadap nilai tukar rupiah. Berkurangnya permintaan dolar di dalam negeri akan membuat rupiah semakin kuat terhadap dolar.

“RMB ini kita harapkan bisa jadi sumber likuiditas baru. Perdagangan secara umum sudah relatif biasa menggunakan Dolar dan Euro. Sekarang importir punya pilihan, tidak harus tukar rupiah ke dolar tapi juga ke RMB. Sekarang kan dolar makin langka dan mahal, jadi kalau ada opsi lain, RMB lebih besar pasoknya, kenapa tidak? Ini kan menghemat permintaan dolar di negara kita,” kata Lembong.

Ia menggarisbawahi, penggunaan RMB untuk mata uang internasional tentu perlu waktu dan persiapan. Pasokan RMB harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika ketersediaannya kurang, permintaan terhadap dolar akan tetap tinggi.‎

“RMB juga harus tersedia dalam jumlah yang besar,” katanya.

(hen/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*