'Yuan Butuh Waktu Lama untuk Jadi Mata Uang Global'

Jakarta -Beberapa waktu lalu, survei HSBC menyebutkan bahwa mata uang Tiongkok, yaitu yuan, pada masa yang akan datang mampu mendominasi perekonomian dunia. Yuan berpeluang besar untuk menjadi mata uang utama global, menggeser dominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), saat ini perdagangan yang menggunakan yuan memang masih kecil dibandingkan dolar AS. “Namun, tren penggunaan yuan semakin meningkat,” ujar David kepada detikFinance, Jumat (18/7/2014).

Namun, lanjut David, sepertinya butuh waktu cukup lama bagi yuan untuk menjadi ‘raja’ mata uang dunia. “Saat ini, dolar AS masih menjadi mata uang jangkar atau anchor currency. Sebagian besar perdagangan, lebih dari 90%, masih menggunakan dolar AS,” katanya.

Dolar AS, tambah David, masih menjadi mata uang yang paling diterima di seluruh dunia. “Mata uang ini masih yang paling dalam, paling likuid,” tuturnya.

Oleh karena itu, David menilai tidak mudah menggusur dominasi dolar AS sebagai mata uang utama dunia. “Namun bukan tidak mungkin mata uang lain bisa mengimbangi dolar AS. Ke depan, peranan yuan akan semakin besar dalam perekonomian dunia. Tidak hanya yuan, tapi bisa juga yen atau euro,” paparnya.

Seperti diketahui, Hasil survei HSBC menunjukkan bahwa ada 11 negara, misalnya Prancis dan Taiwan, yang mayoritas perusahaannya bertransaksi menggunakan mata uang yuan.

Eksportir ataupun pengusaha yang melakukan perdagangan menggunakan mata uang Tiongkok, yuan atau reminbi, merasakan keuntungan yang lebih besar dibandingkan ketika berdagang dengan mata uang lain. Ini tak lepas dari jumlah pengguna yuan yang begitu banyak terutama di Tiongkok sendiri yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia.

Survei dilakukan dengan responden 1.304 perusahaan dari berbagai negara yang melakukan bisnis dengan Tiongkok. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari 11 negara yang menjadi objek survei, yaitu Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Australia, Inggris, Jerman, Prancis, Uni Emirat Arab, Kanada, dan AS.

(hds/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*