Yen Menguat di Asia Jelang pertemuan BoJ & The Fed

INILAHCOM, Tokyo – Kurs yen menguat di perdagangan Asia, Selasa (27/10/2015). Itu menjelang pertemuan kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) yang diawasi ketat pekan ini, sementara pedagang berspekulasi Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga hingga awal tahun depan.

Karena ekonomi Jepang kesulitan untuk mendapatkan traksi dan inflasi yang hangat, BoJ menghadapi desakan untuk meningkatkan stimulus program pembelian obligasi yang sudah besar pada akhir pertemuan dua harinya, Jumat. Menambah tekanan pada para pembuat kebijakan adalah penurunan tingkat suku bunga China pekan lalu dan petunjuk dari Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi bahwa ia bisa memperluas stimulusnya sendiri pada Desember.

Tokyo memulai program pelonggarannya pada April 2013 dan ditingkatkan ke rekor 80 triliun yen pada Oktober tahun lalu sebagai bagian dari upaya Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mendorong ekonomi. Pertemuan bank sentral (Jepang) itu terjadi dua hari setelah pertemuan The Fed yang diawasi secara ketat.

Sementara bank sentral AS awal tahun ini mengatakan pihaknya akan menaikkan suku sebelum 2016, gejolak panas di pasar global dan pelambatan pertumbuhan di China telah menyebabkan dewan kebijakannya untuk mempertimbangkan kembali dan spekulasi meluas jika bank akan menundanya kemungkinan sampai Maret.

Di Tokyo, greenback melemah tajam menjadi 120,55 yen dari 121,07 yen pada Senin di New York, sementara euro juga turun menjadi 133,39 yen dari 133,89 yen.

Euro menguat menjadi US$1,1065 dari US$1,1059, Senin di New York, meskipun masih tetap di bawah tekanan setelah komentar Draghi pekan lalu. Investor juga cenderung membeli yen sebagai mata uang safe haven di saat terjadi ketidakpastian dan kekacauan.

Mata uang negara-negara berkembang Asia juga diuntungkan dari ekspektasi bahwa biaya pinjaman AS akan tetap rendah dalam jangka pendek. Dolar Singapura berada 0,02 persen lebih rendah terhadap dolar, sementara ringgit Malaysia merosot 0,86 persen dan baht Thailand turun 0,12 persen.

Namun, dolar Australia, won Korea Selatan, dolar Taiwan, dan rupiah Indonesia semua naik tipis terhadap dolar. Unit-unit emerging market telah terpukul tahun ini karena pembicaraan tentang kenaikan suku bunga AS pada 2015 mendorong para investor mengalihkan uang mereka ke Amerika Serikat untuk mencari imbal hasil yang lebih baik dan lebih aman. Tetapi mereka telah menikmati pemulihan pada bulan ini menyusul meningkatnya pembicaraan penundaan kenaikan suku bunga AS. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*