Window Dressing Hanya pada Beberapa Saham

INILAHCOM, Jakarta – Window dressing dinilai bakal terjadi jika IHSG alami penurunan pada Desember. Kali ini, indeks dinilai tinggi meski sempat terkoreksi. Karena itu, aksi poles saham itu, diprediksi hanya akan terjadi pada beberapa saham konsumer.

Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan hal itu. Itu pun, kata dia, window dressing hanya terjadi pada saham-saham konsumer yang harganya masih di bawah. “Untuk saham-saham lain, kemungkinan tidak perlu window dressing,” katanya kepada INILAHCOM.

Pada perdagangan Jumat (19/12/2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 31,276 (0,61%) ke posisi 5.144,621. Penguatan tersebut masih lebih rendah dibandingkan level tertingginya sepanjang perdagangan yang menguat 49,026 poin ke 5.162,371. Di sisi lain, intraday terendah di posisi 5.127,723 atau menguat 14,3 poin. Berikut ini wawancara lengkapnya:

Mengakhiri pekan lalu, penguatan IHSG berkurang di sesi penutupan. Apa yang terjadi?

IHSG menguat Jumat (19/12/2014) meski di ujung perdagangan, memang agak dibanting. Orang kemungkinan melihat, kenaikan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir terlalu banyak dan terlalu cepat sehingga memicu aksi profit taking. Profit taking pun, hanya dilakukan pada sesi penutupan.

Kalau melihat kenaikan yang kontinyu dan sesi penutupan menguat, biasanya indeks lebih digerakkan oleh pemodal lokal. Profit taking pemodal lokal itulah yang membuat IHSG gagal tutup di atas resistance.

Jumat, IHSG sebenarnya punya resistance gap di kisaran 5.130-5.150. Memang sinyalnya tidak terlalu bagus. Artinya, trennya masih turun, tapi untuk tren jangka menengah bukan tren jangka pendek. Pasar masih harus hati-hati, mawas dan waspada.

Bagaimana dengan sentimen pasar sejauh ini?

Hanya saja, sentimen global memang bagus. Pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan berlangsung secara bertahap. Di pasar reguler, investor asing melakukan net buy sekitar Rp250 miliar. Aksi net sell sebesar Rp1,8 triliun itu adalah “aseng” termasuk di pasar negosiasi.

Dalam situasi sekarang, saya tidak lagi melihat nilai transaksi dari total pasar karena banyak transaksi crossing. Kepentingan siapa dan maunya apa, pada transaksi crossing sangat tidak jelas. Itu kadang-kadang suka ngaco. Karena itu, saya hanya mengacu apa yang terjadi di pasar reguler yang hari ini asing net buy.

Lantas, bagaimana Anda melihat arah IHSG sepekan ke depan?

Untuk sepekan ke depan, paling tidak, IHSG sudah tutup di atas resistance 5.121. Indeks berpeluang melaju datar dengan kecenderungan menguat. Pasar harus cermat melihat, apakah indeks bisa melintasi resistance-nya di 5.150-5.180. Kisaran tersebut merupakan resistance yang kuat karena merupakan resistance dari tren turun jangka menengah. Di sisi lain, support IHSG berada di 5.120.

Bagaimana dengan pelemahan nilai tukar rupiah?

Sementara itu, nilai tukar rupiah sudah mulai nyaman di kisaran 12.500 per dolar AS. Menurut Pak JK sudah terlihat adanya ekuilibrium yang baru. Hanya saja, perlu diperhatikan harga minyak yang masih mendatar yang berhubungan erat dengan penguatan dolar AS dan jadi tekanan negatif bagi rupiah. Artinya, belum ada sinyal positif dari harga minyak. Mata uang Rusia juga masih bertahan di 60 rubel per dolar AS.

Window dressing, bagaimana Anda melihatnya?

Sedangkan window dressing, itu biasanya terjadi jika IHSG turun di Desember, baru akan ada window dressing. Masalahnya, IHSG pada Desember ini masih berada di kisaran resistance meski sempat turun. Artinya, harga IHSG masih di atas.

Saya kira, window dressing hanya terjadi pada beberapa saham konsumer yang harganya masih di bawah. Untuk saham-saham lain, kemungkinan tidak perlu window dressing.

Apa saran Anda untuk para pemodal di bursa saham?

Untuk trading, selama harga minyak masih bergerak turun, sebenarnya saya masih kurang yakin. Karena itu, untuk pegang saham-saham komoditas, wajib dikurangi. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*